Kegiatan Alumni Talk ini dilaksanakan secara hybrid di Auditorium Juwono Sudarsono, Fakultas llmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia melalui Zoom. Kegiatan Alumni Talk ini diselenggarakan pada Kamis (8/9). Kegiatan Alumni Talk tahun 2022 ini mengangkat tema mengenai Tantangan Geopolitik Indonesia yang merupakan tema yang relevan dalam konteks tatanan global yang berubah dengan cepat belakangan ini.
Tatanan geopolitik ditandai dengan hadirnya beberapa tren penting. Dalam konteks tersebut, kegiatan Alumni Talk ini akan membahas bagaimana tantangan-tantangan perubahan geopolitik tersebut bagi Indonesia. Kegiatan ini menghadirkan pembicara kunci Dr. Andi Widjajanto, Gubernur Lemhanas RI. Selain itu, kegiatan Alumni Talk ini juga menghadirkan penanggap lain yang merupakan alumni Program Pascasarjana, Departemen llmu Hubungan Internasional FISIP UI.
Broto Wardoyo, Ph.D yang kerap dipanggil Mas Itok mengatakan bahwa Alumni Talk merupakan platform akademik Program Pascasarjana HI UI untuk mendudukkan para alumni Program Pascasarjana HI UI dengan pengambil kebijakan untuk mendiskusikan satu isu tertentu. Topik yang diangkat kali ini adalah Tantangan Geopolitik Indonesia yang sangat relevan di tengah semakin kuatnya persaingan global antara Amerika Serikat dan Tiongkok.
Menurut Ketua Pascasarjana Departemen Ilmu Hubungan Internasional itu menjelaskan jumlah alumni Program Pascasarjana HI UI sendiri sudah lebih dari 600 orang dan sekitar 100 orang alumni berprofesi sebagai dosen dan peneliti di berbagai institusi di Indonesia. Jumlah tersebut baru alumni Prodi Magister mengingat Program Pascasarjana HI UI saat ini sedang mengembangkan Prodi Doktoral yang rencananya akan dibuka tahun ajaran mendatang.
Dalam acara tersebut Andi mengatakan, saat ini kita berada di geopolitik V yang menjadi intinya adalah konektivitas, cyber power dan supply chain. Terdapat empat karakter umum geopolitik yaitu cenderung menawarkan strategi ekspansionis; strategi ekspansionis diarahkan untuk menguasai sumber daya diranah geografi tertentu; mengarah kepada ambisi menjadi negara hegemoni; cenderung diwarnai dengan pertarungan kekuatan yang bisa bereskalasi menjadi perang terbuka antar negara.
Selain itu menurut Andi, geomatirim juga menjadi penting salah satu tantangannya bagi Indonesia untuk dapat kekuatan laut atau sea power maupun memiliki kekuatan maritim. Angkatan laut sudah harus memikirkan kapasitas maritim untuk era rantai pasok di era konektivitas, harus bisa mengintegrasikan maritime, space dan cyber digital, tanpa mengintegrasikan tiga itu kita tidak akan memiliki maritime capacity yang kuat, kapasitas maritim yang kuat.
Indonesia juga menyadari untuk menjelma menjadi kekuatan maritim, Indonesia membutuhkan langkah panjang, Indonesia juga perencanaan strategis. Andi menegaskan pentingnya teknologi untuk menghadapi geoplotik dan Indonesia membutuhkan perencanaan strategis jangka panjang, maka dari itu generasi Y, Z dan Alpha pada tahun 2032 diharapkan semakin berkualitas tinggi, mampu berdaya saing dan dapat mengadopsi serta menciptakan inovasi-inovasi teknologi guna menghadapi tantangan Geopolitik di masa depan.
Menurut Utaryo Santiko Utaryo Santiko (Angkatan 2006), dosen di Universitas Bina Nusantara, ada variable teknologi yang berperan secara signifikan berpengaruh pada geopolitik global. Sesuai dengan arahan presiden yaitu mempercepat perluasan akses peningkatan infrastuktur digital dan penyediaan internet.
Menurutnya, satu hal yang menjadi concern adalah adanya perkembangan dinamika geopolitik global yang disebut dengan patahan dimana interconnectivity tidak terlalu berjalan secara linear termasuk juga di dalamnya proses digital work. Dengan adanya perang dagang Amerika-China muncul juga techno-nationalism yaitu aliran baru pemikiran mercantilist yang menghubungkan inovasi teknologi dan kapabilitas secara langsung terhadap keamanan nasional, kemakmuran ekonomi dan stabilitas sosial suatu negara.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa, prinsip konektivitas yang diharapkan terbentuk kedalam dunia yang connected justru kemudian berjalan tidak sebagaimana yang dirumuskan pada awalnya. Konektivitas yang diharapkan bisa terbentuk dengan jaringan supply chain yang saling terhubung antar satu dengan yang lainnya justru kemudian dalam techno-nationalism membuat tatanan terbagi-bagi kedalam blok-blok negara contohnya bagaimana amerika serikat memblok teknologi 5G dari Huawei.
Ni Komang Desy Setiawati Arya Pinatih (Angkatan 2008), dosen di Universitas Brawijaya mempunyai pandangan bahwa, evolusi geopolitik mungkin ada baiknya tidak dilihat sebagai sesuatu yang linear namun kemudian dilihat sebagai sesuatu yang mungkin bisa kembali terjadi artinya beberapa peristiwa geopolitik yang lampau berpotensi membuat trend geopolitik kembali sehingga global connectivity bisa jadi kembali lagi kearah perebutan hegemoni, ekspansi dan lain sebagainya.
Sangat menarik jika melihat aspek-aspek eksternal geopolitik Indonesia, bagaimana kesiapan Indonesia dalam kerawanan perbatasan karena Indonesia rentan terhadap kejahatan transnasional seperti human trafficking, durgs trafficking, terorisme dan kejahatan di perbatasan perairan Indonesia.
Program Pascasarjana, Departemen llmu Hubungan lnternasional telah berdiri selama lebih dari dua dekade. Selama itu pula, telah banyak alumni dari Program Pascasarjana, Departemen llmu Hubungan lnternasional FISIP UI yang mengabdi di berbagai institusi dalam berbagai bidang. Kegiatan ini merupakan platform dimana para alumni tersebut kembali ke kampus untuk memberikan sumbangsih pemikiran mereka dalam topik tertentu.