
Depok, 17 Februari 2025 – Program studi Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) meluncurkan program Merdeka Belajar Kampus Meredeka (MBKM) tahun 2025 bekerjasama kembali dengan Badan Registrasi Wilayah Adat (BRWA) melibatkan mahasiswa-mahasiswi Antropologi, Biologi dan Geografi dalam gerakan sosial, khususnya penguatan praktik kelola konservasi berbasis pengetahuan-kearifan lokal komunitas adat melalui kajian transdisiplin dan aksi kolaboratif.
Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) yang dicanangkan oleh Kemendikbudristek bertujuan untuk menghasilkan lulusan perguruan tinggi yang lebih relevan dan kompeten. Menyambut inisiatif ini, Program Studi Antropologi FISIP UI berkolaborasi dengan Badan Registrasi Wilayah Adat (BRWA) membentuk program MBKM UI-BRWA sejak tahun 2023.
Selain itu, Antropologi FISIP UI dan BRWA juga meluncurkan buku “Bunga Rampai MBKM UI – BRWA 2024” pada Senin (17/02/2025) di Auditorium Mochtar Riady, FISIP UI. Selain meluncurkan buku tersebut, acara ini juga di isi dengan sharing session dengan para mahasiswa yang ikut terjun langsung ke lapangan serta melakukan riset untuk buku tersebut.
Cerita perjalanan mahasiswa MBKM pada lokasi kerja BRWA di pedalaman Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, dan Sulawesi Selatan tentu menjadi pengalaman yang berarti buat para mahasiswa MBKM ini. Melalui program MBKM UI-BRWA 2024 ini, mahasiswa diperkenalkan situasi kekinian dan tinjauan historis eksistensi masyarakat adat di Indonesia.
Penggalan sudut pandang mahasiswa dalam buku ini merupakan refleksi dan pembelajaran penting mahasiswa dalam kerangka pembelajaran teori di kampus dan praktik di kampung. Terdapat tujuh orang peserta kegiatan ini dengan empat dosen pendamping program yaitu Aria Sakti Handoko, Geger Riyanto, Imam Ardhianto, dan Rhino Ariefiansyah.
“MBKM UI – BRWA sudah memasuki tahun ke-dua. Program ini memberikan pengalaman berharga bagi mahasiswa yang terlibat langsung dalam kompleksitas gerakan pengakuan dan perlindungan masyarakat adat yang tidak hanya melibatkan masyarakat adat itu sendiri, tetapi juga aktor-aktor lain, seperti CSO dan berbagai unsur dalam pemerintahan di tingkat nasional dan lokal. Dari proses itu, mahasiswa tidak hanya belajar tentang aspek legal formal dari gerakan masyarakat adat, tetapi juga aspek sosio-antropologis yang rumit dan dinamis,” ujar Rhino Ariefiansyah (Dosen Antropologi FISIP UI).
Setelah melewati 2,5 bulan penelitian di Sulawesi Selatan, Kalimantan Utara dan Kalimantan Barat para mahasiswa ini mendapatkan banyak pembelajaran terkait masyarakat adat dan dinamika pengakuannya di Indonesia. Dalam proses yang mereka lewati, mereka menyadari bahwa proses pengakuan masyarakat adat bukanlah proses yang mudah.
Oleh karena itu, dibutuhkan kerja sama dan tekad yang kuat dari seluruh pihak yang terlibat, mulai. dari masyarakat adat itu sendiri, keseriusan pemerintah, sampai dengan pihak-pihak pendukung, seperti lembaga lembaga non profit terkait, guna mewujudkan kedaulatan masyarakat-masyarakat adat Indonesia.
Mahasiswa yang terlibat dalam MBKM ini, belajar banyak hal terutama tentang perjuangan dan advokasi masyarakat adat atas hak atas wilayah adat dan sumber daya alam di dalamnya.
Masih banyak juga dari masyarakat adat yang berjuang untuk memperoleh akses ke kebutuhan dasar seperti pendidikan dan kesehatan. Perjuangan mendapatkan pengakuan, hak, dan akses ke kehidupan yang lebih baik di ketiga provinsi tersebut masihlah panjang. Bahkan beberapa di antaranya, sedang benar-benar berupaya mempertahankan diri untuk keberlanjutan hidup hingga masa depan.