Kegiatan Tinjau Buku dan Film Dokumenter “Wulla Poddu: Ritual Marapu di Kampung Tarung, Sumba Barat” merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh tim dari Antropologi FISIP UI. Kegiatan ini didanai oleh LPDP Rispro melalui program Dana Indonesiana, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI.
Ritual Wulla Poddu mencerminkan suatu tindakan kolektif untuk menafsir kehidupan dalam lingkup luas. Setiap tahun Wulla Poddu dirayakan sebagai ritual, setiap tahun itu pula orang Sumba Barat merefleksikan dirinya. Mereka menyadari setiap tahun selalu menghadirkan suatu kondisi yang belum pasti: kondisi alam pada pertanian mereka selama satu tahun ke depan.
Arief mengatakan, dalam penelitian yang kami lakukan, terdapat satu bagian penting dari ritual yang seringkali belum banyak diulas. Bagian penting tersebut adalah bagaimana ritual Wulla Poddu dimaknai sebagai rasa syukur atas hasil panen padi pada tahun sebelumnya sekaligus pengharapan hasil terbaik untuk masa tanam berikutnya, sehingga kita bisa melihat Wulla Poddu sebagai ritual yang menyatukan manusia dengan alam melalui padi.
Ritual Wulla Poddu, peryaan orang Sumba Barat di Kampung Tarung, tempat mereka menari, menari untuk merayakan keberdaan diri mereka, menari untuk mensyukuri kehidupannya, sekaligus menari untuk padi.
Wulla Poddu dipimpin oleh Rato Rummata, seorang Rato yang juga menjabat sebagai kepala suku. Dalam perjalanannya, kami bertemu dengan Thara yang merupakan keponakan dari Rato Rummata sekaligus penari dalam ritual Wulla Poddu.
Menurut Thara, Padi sudah menjadi makanan sehari-hari, jadi kita harus bersyukur punya padi karena tanpa padi kita tidak bisa makan. Di Sumba itu padi sulit sekali ditemukan. Hanya beberapa orang yang bisa menghasilakn padi begitu banyak.
“Jadi itulah kepercayaan Marapu bahwa penghasilan petani selalu berada di titik tertinggi, terkhususnya kami yang berada di Kampung Tarung, kami melakukan itu karena kami bersyukur sekali karena kami bisa mendapatkan padi karena tidak semua orang bisa mendapatkan padi yang memuaskan,” ujar Thara.
Secara sederhana Wulla Poddu menjadi ritual untuk menyampaikan rasa syukur dan berkat, hal ini tercermin dalam nyayian syair adat di masa Wulla Poddu yang bercerita tentang kehidupan,
masa depan, pertobatan maupun hubungan antara sang pencipta, manusia dan alam. Selain menyampaikan rasa syukur dan berkat.
Diskusi buku dan film dilaksanakan di Auditorium Mochtar Riady pada Selasa, 23 Mei. Pameran foto diselenggarakan mulai tanggal 23 hingga 26 Mei 2023 di selasar Gedung C FISIP UI.
Dalam diskusi buku dan film, Irfan Nugraha dan M. Arief Wicaksono selaku perwakilan penulis menyampaikan hasil dan pengalaman riset. Selaku pembahas dalam kegiatan diskusi buku dan film ini adalah Imam Ardhianto (dosen Departemen Antropologi). Selain itu, sebagai pembicara juga hadir Inna Tara, seorang warga Kampung Tarung, Sumba Barat.
Imam mengatakan bahwa merekam proses tradisi ini menjadi penting untuk didokumentasikan hal tersebut direfleksikan di Kampung Tarung, selain itu juga untuk memajukan budaya dan menerjemahkan.
Kegiatan ini diharapkan dapat memperkaya kajian mengenai ritual dan komunitas tradisional serta berkontribusi dalam upaya pemajuan objek pemajuan kebudayaan di Indonesia.