Dekan FISIP UI Semiarto Aji Purwanto memesona bacakan puisi Widji Thukul di Borderless Poetry. Poetry Reading and Writing Society of Indonesia (PRWSI) hari ini akan kembali membacakan puisi bertema Borderless Poetry, Sabtu (24/12/2022) sore. Mereka yang ikut tampil membaca puisi adalah para Guru Besar Universitas Indonesia, Dekan Fakultas UI, dosen UI, dan juga para Duta Besar RI.
Zoom Poetry Reading (ZPR) bertema Borderless Poetry disampaikan Ade Solihat, deputi PWRSI sekaligus sutradara Borderless Poetry bahwa tema itu bermakna bahwa ZPR mampu mengajak banyak orang tanpa dibatasi ruang dan waktu. Dalam kesempatan itu Dekan FISIP UI Semiarto Aji Purwanto menjadi penyair. Dia membacakan dua puisi karya Widji Thukul. Dua puisi Wiji Thukul itu berjudul Pulang lah Nang dan Puisi untuk Adik.
Tak disangka Semiarto Aji tampil memesona. Mengenakan kaus berwarna biru muda, Semiarto penuh percaya diri membacakan puisi tersebut. Tempo suaranya diatur dalam membacakan puisi tersebut. Tak hanya itu, setiap kata yang dibacakan penuh penekanan.
Sehingga para hadirin yang mengengarkannya tersihir, bak sastrawan dan budayawan WS Rendra. Begitu pun saat membacakan puisi berjudul Puisi untuk Adik. Inilah puisi karya Widji Thukul
Pulang Lah Nang
Pulanglah, nang
jangan dolanan sama si kuncung
si kuncung memang nakal
nanti bajumu kotor lagi
disirami air selokan
Pulanglah, nang
nanti kamu menangis lagi jangan dolanan sama anaknya pak kerto
si bejo memang mbeling
kukunya hitam panjang-panjang
kalau makan tidak cuci tangan
nanti kamu ketularan cacingan
Pulanglah, nang
kamu kan punya mobil-mobilan
kapal terbang bikinan taiwan
senapan atom bikinan jepang
kamu kan punya robot yang bisa jalan sendiri
Pulanglah, nang
nanti kamu digebuki mamimu lagi
kamu pasti belum tidur siang
Pulanglah, nang
jangan dolanan sama anaknya mbok sukiyem
mbok sukiyem memang keterlaluan
si slamet sudah besar tapi belum disekolahkan
Pulanglah, nang
pasti papimu marah lagi
kamu pasti belum bikin pr
belajar yang rajin biar nanti jadi dokter
Solo, September 86
Puisi untuk Adik
apakah nasib kita akan terus seperti
sepeda rongsokan karatan itu?
o… tidak, dik!
kita akan terus melawan
waktu yang bijak bestari
kan sudah mengajari kita
bagaimana menghadapi derita
kitalah yang akan memberi senyum
kepada masa depan
jangan menyerahkan diri kepada ketakutan
kita akan terus bergulat
apakah nasib kita akan terus seperti
sepeda rongsokan karatan itu?
o… tidak, dik!
kita harus membaca lagi
agar bisa menuliskan isi kepala
dan memahami dunia