Departemen Ilmu Hubungan Internasional menggelar kuliah umum bertema “Beyond China Threat Theory: The Rise of China in the Eyes of Neighboring Countries”. Kuliah umum yang diadakan di Ruang N2.101, Gedung Nusantara II, FISIP UI, Depok pada Kamis (27/10/16) ini diisi oleh Prof. Shigeto Sonoda dari Tokyo University, Jepang.
Dengan dimoderatori oleh Evi Fitriani, Ph.D., diskusi pun dimulai dengan pemaparan dari Prof. Shigeto Sonoda. Dalam pemaparannya, Prof. Sonoda mengatakan saat ini terjadi perpindahan power dari negara adidaya Amerika Serikat ke Tiongkok. Perpindahan tersebut dari segi adanya kebangkitan Tiongkok melalui industri serta teknologi.
Ia pun lantas memberikan penjelasan bagaimana negara-negara di kawasan Asia Pasifik menyikapi keberadaan Tiongkok sebagai negara superpower baru. Ia mengatakan bahwa kebangkitan Tiongkok tentu saja menimbulkan dampak secara geopolitik dan sosiopsikologis. Banyak negara di kawasan Asia Pasifik merasa terancam dengan adanya kebangkitan ini, terutama dari segi militer.
Meski demikian, Prof. Sonoda menjelaskan temuannya yang meneliti tentang persepsi pelajar di Tiongkok dan Indonesia mengenai kebangkitan Tiongkok. Dari temuannya, Prof. Sonoda menemukan bahwa mereka tidak melihat kebangkitan Tiongkok sebagai sesuatu yang mengancam kawasan global. “China will maintain her peaceful relations with Asian countries in spite of her rise,” katanya, menjelaskan.
Salah seorang peserta kuliah umum bertanya bagaimana persepsi yang ada selama ini memberikan dampak terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah. Prof. Shigeto lantas menjawab bahwa hal tersebut sangat bergantung pada kasus dan konteks kejadiannya. Hal itu dikarenakan ada kompleksitas masalah yang tidak dapat terjadi begitu saja. “We must be very careful in generalizing some facts,” kata Prof. Shigeto.
Prof. Shigeto Sonoda adalah profesor di bidang Sosiologi dan Asian Studies di Univesity of Tokyo. Setelah menghabiskan 19 tahun mengajar sebagai dosen di perguruan tinggi swasta di Jepang, Prof. Sonoda kembali ke almamaternya pada tahu 2009 dan ditunjuk sebagai pengajar dalam bidang Interfaculty Initiative for Information Stuides dan Institute for Advanced Studies on Asia.