Pilih Laman

Sebagai bagian dari tri dharma perguruan tinggi, Departemen Ilmu Komunikasi bekerja sama dengan Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, dan Rumah Baca Hanifah melakukan kegiatan pengabdian masyarakat bertema Sosialisasi Mencegah Kecanduan Gadget pada Anak Sejak Dini. Pengabdian masyarakat ini diikuti oleh puluhan ibu rumah tangga, Lurah Kukusan, Camat Beji serta anak-anak di sekitar Kantor Kelurahan Kukusan, Beji, Depok.

Alasan pemilihan Kelurahan Kukusan untuk menjadi tempat pengabdian masyarakat karena kedepannya kelurahan ini berkomitmen untuk menjadi kelurahan layak anak, mengingat Kota Depok sendiri sudah dikategorikan sebagai kota layak anak pada tahun 2017.

Tujuan penyelenggaraan kegiatan ini berawal dari pertimbangan makin banyak anak yang menghabiskan waktu bermain gadget (selanjutnya disebut gawai) ketimbang melakukan kegiatan yang melibatkan aktivitas kontak fisik dengan teman sebayanya. Selain itu, gawai pun tidak hanya memberikan dampak positif, namun, dampak negatif, jika dalam menggunakannya kita tidak selektif memilah dan memilih.

Pengabdian masyarakat ini terdiri dari dua aktivitas, yaitu gelar wicara bagi ibu rumah tangga, sedangkan anak-anak yang hadir diajak untuk bermain permainan tradisional bersama.

Pelibatan ibu rumah tangga bertujuan agar mereka mampu berdaya mengawasi, menganjurkan, mendidik anak-anaknya sehingga mau melakukan kegiatan fisik agar tidak melulu tergantung pada gawai.

Sementara, bermain permainan tradisional bersama ditujukan agar anak-anak lebih mengenal dan aktif berkegiatan fisik ketimbang bermain dengan gawai secara individual.

Dalam gelar wicara yang diikuti oleh puluhan ibu rumah tangga, Ir. Wahyuni Pujiastuti, M.S. dan  Dra. Henny S. Widyaningsih, M.Si. dari Departemen Ilmu Komunikasi memberi beberapa literasi tentang penggunaan gawai. Keduanya berbicara soal dampak positif dan negatif dari penggunaan gawai serta solusi hingga pencegahan ketika anak kecanduan gawai.

“Ibu-ibu harus waspada ketika anak menolak melakukan rutinitas sehari-hari dan lebih memilih gadget. Ini salah satu tanda aditif” tutur Ir. Wahyuni Pujiastuti, M.S., sementara Dra. Henny S. Widyaningsih, M.Si. menjelaskan “Pola Komunikasi  pun saat ini sudah bergeser dari yang selalu dialogis tatap muka menjadi lebih individual”.

Strategi menghadirkan permainan tradisional yang melibatkan anak lain sehingga mereka mempunyai pengalaman/diingatkan lagi dengan pengalaman melakukan kegiatan fisik dengan teman sebaya.

“Anak-anak diharapkan bisa merasakan pengalaman sensori dan motorik dari kegiatan ini sehingga mereka bisa merasakan sensasi asyiknya bermain permainan tradisional. Diharapkan mereka bisa mengulang asyiknya pengalaman ini pada waktu yang lain,” ujar Meily Badriati, S.Sos., M.Si.,  penanggung jawab bagian permainan anak pada kegiatan pengabdian masyarakat kali ini.