Departemen Ilmu Politik FISIP UI menyelenggarakan konferensi Internasional bertajuk “Indonesian Democracy in the Age of Populism”. Selasa (07/11), konferensi yang mempunyai nama “Biannual International Conference on Indonesian Politics and Government (BICOIPG) 2017” ini dibuka secara langsung oleh Dekan FISIP UI, Dr. Arie Setiabudi Soesilo, M.Sc., Ketua Departemen Ilmu Politik UI, Drs. Julian Aldrin Pasha, M.A., Ph.D., dan Ketua Pelaksana BICOIPG, Dr. Aditya Perdana, M.Si., bertempat di Auditorium Juwono Sudarsono. Guru Besar Ilmu Politik Universitas Indonesia, Prof. Dr. Maswadi Rauf, M.A., hadir sebagai keynote speaker. Turut hadir pula sebagai pembicara pada plenary session, PD Dr. Andreas Ufen (German Institute of Global and Area Studies-GIGA, Hamburg, Jerman), dan Dr. Wahyu Prasetyawan, M.A. (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta).
Populisme, topik yang diangkat dalam seminar ini, merupakan fenomena politik yang sedang ramai dibicarakan di dunia. Populisme diartikan sebagai ideologi yang memisahkan masyarakat ke dalam dua kelompok yang homogen dan antagonis, orang-orang yang murni dan elit yang korup. Di beberapa negara, fenomena populisme dibarengi dengan adanya pemimpin karismatik, partai politik populis, dan gerakan massa. Populisme ternyata tidak hanya ditujukan untuk mengatur politisi dan politik partainya, tetapi juga dapat digunakan untuk mencapai kemenangan elektoral di banyak negara. Dalam konteks konsolidasi demokratis di Indonesia, sangatlah penting menilik lagi penetrasi sikap populis dalam lanskap perpolitikan di Indonesia. Terlebih, Julian Aldrin menilai bahwa terdapat kekeliruan yang serius (serious misleading) terhadap persepsi populisme ini.
“Pada intinya, populisme butuh untuk didiskusikan, untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik. Populisme sebagai konsep dan sebagai terminologi. Sehingga menghasilkan perspektif baru terhadap populisme” terang Julian pada sambutannya.