Diskusi buku Plantation Life/Hidup Bersama Raksasa. Acara ini terselenggara atas kerjasama Departemen Antropologi FISIP UI dengan Asosiasi Antropologi Indonesia (AAI) pada Jumat (27/5). Hidup Bersama raksasa, manusia dan pendudukan perkebunan sawit adalah sebuah buku karya Tania Murray Li dan Pujo Semedi dengan judul asli bukunya “Plantation Life: Corporate Occupation in Indonesia’s Oil Palm Zone”. Diskusi buku ini bertujuan untuk mengkaji persoalan pembukaan perkebunan kelapa sawit, baik dalam konteks ekologi maupun sosial, politik dan ekonomi melalui pendekatan etnografi.
Dekan FISIP UI, Prof. Dr. Semiarto Aji Purwanto dalam sambutannya mengatakan, sangat menghargai dan berterimakasih atas inisiatif dari Departemen Antropologi FISIP UI untuk membedah atau mendiskusikan buku tersebut. Menurutnya, “Buku ini menurut saya sebagai suatu pengelanaan atau jouney yang berbeda ketika membaca buku ini dengan buku-buku lain yang mengenai perkebunan sawit. Saya juga berharap bahwa acara ini nantinya bisa menjadi awal dari kerjasama antar lembaga agar bisa lebih baik lagi.”
Judul buku dalam terjemahan Bahasa Indonesia, Hidup Bersama Raksasa. Pujo sendiri mengambil kata Raksasa yang bermakna perusahaan-perusahaan asing yang berada di Indonesia. Riset untuk buku ini dilakukan pada Kalimantan Barat pada tahun 2010 – 2014. Di suatu kecamatan di tepi sungai Kapuas, terdapat palm oil zone atau perkebunan sawit yang 45% kawasannya dijadikan konsesi perkebunan sawit.
“Buku ini juga mengangkat bentuk-bentuk kehidupan seperti, hubungan sosial, ekonomi dan politik yang didirikan oleh perusahaan perkebunan ketika mereka mengubah ruang pedesaan yang luas menjadi zona perkebunan dan bentuk kehidupan yang mereka hasilkan,” jelas Pujo.
Selanjutnya Pujo mangatakan bahwa bentuk kehidupan yang mereka hasilkan, janji kemakmuran perkebunan yang di muat dalam Tridharma Perkebunan yaitu, produksi melimpah menjadi punggung ekonomi, lapangan kerja bagi rakyat dan peningkatan penghasilan petani.
Lebih lanjut Pujo menjelaskan, “dalam riset ini kami menemukan yang jelas terjadi perkebunan besar ini melakukan penguasaan wilayah yang luas dan melakukan penelantaraan penduduk sekitar wilayah. Industri sawit diibaratkan sebagai raksasa yang rakus menggerogoti hutan kita dan mungkin akan mempercepat krisis iklim.”
Menanggapi buku tersebut, Dr. Phil. Imam Ardhianto (Ketua Program Studi Sarjana Departemen Antropologi) mengatakan bahwa Hidup Bersama Raksasa ini menjadi ‘gong’ dalam membangun tonggak alternatif arah antropologi dan ilmu sosial di Indonesia dalam tiga dimensi yaitu, “perspektif teoretik dan komitmen politik, pengorganisasian kerja etnografi serta bentuk atau genre penulisan etnografi baru.”
“Pada dimensi perspektif teoretik dan komitmen politik, buku ini mengkritisi tentang teknokrasi, raksasa, proses pendudukan bentang sosio-lingkungan. Menjelaskan proses sosio-historis dari tindak kekerasan dan penelantaran serta menawarkan penjelaskan bagaimana memadukan pendekatan ekonomi-politik agrarian dengan pendekatan diskrusif pembentukan subyek dalam etnografi,” jelas Imam.
Imam menambahkan, metode dan kerja etnografi dalam buku ini yaitu dekolonialisasi proses dan pengorganisasian kerja etnografi. “Dalam buku ini menyatakan secara eksplisit pengorganisasian kerja kolektif dari produk etnografi, selain itu buku ini mempersilakan pembaca mengetahui pembagian kerja dan relasi politik dalam sebuah riset bersama, hal yang selama ini sudah dilakukan tapi hilang tenggelam dalam monografi.”
Tania Li dan Pujo Semedi berteori pendudukan perusahaan untuk menggaris bawahi bagaimana bentuk-bentuk besar produksi kapitalis dan kontrol atas industri minyak sawit. Dengan melakukan itu, asumsi bahwa korporasi diperlukan untuk pembangunan pedesaan dengan menyatakan bahwa dominasi perkebunan berasal dari sistem politik yang mengistimewakan korporasi.