Unit kajian GenSeks FISIP UI mengadakan Diskusi tentang “Security Begins With You: Compulsory Heterosexuality, Registers Of Gender And Sexuality, And Transgender Women Getting By In Kampala, Uganda” bersama dengan Austin Drake Bryan, PhD Candidate dari Northwestern University. Acara ini dilaksanakan pada Selasa (28/2) di Auditorium Mochtar Riady,
Dalam presentasinya, Austin berbicara tentang bagaimana wanita bertahan di Kampala, mengambil daftar gender dan seksualitas dalam negara otoriter-demokratis. Ia mengatakan dari Konstitusi Uganda memasukkan bahasa yang berasal dari pemerintahan kolonial Inggris di Protektorat Uganda, yang mengkriminalisasi “pengetahuan jasmani seseorang terhadap tatanan alam.”
Austin mengatakan, hal tersebut menjadi secara teratur digunakan oleh Kepolisian Uganda, sejak politisasi homoseksualitas kontemporer di awal tahun 2000-an, untuk membenarkan pelecehan, penahanan, dan penyiksaan terhadap mereka yang diidentifikasi sebagai “homoseksual”.
Heteroseksualitas di Republik Uganda, menganalisis pengalaman hidup dari rasa tidak aman dari seorang wanita transgender yang pengalamannya mewakili banyak pengalaman lainnya, dan kemudian membuat tipologi daftar gender dan seksualitas yang digunakan oleh wanita transgender untuk mendukung argumen tersebut.
Dalam sosiolinguistik, serangkaian isyarat semiotik tertentu (baik linguistik maupun non-linguistik) digunakan untuk mengindeks gaya sosial tertentu. Gender dan seksualitas yang diambil oleh perempuan transgender di Kampala secara teratur dipahami sebagai masalah keamanan, mengingat gaya penampilan transgender yang berbeda dan menjadi target oleh Kepolisian Uganda serta masyarakat.
Berdasarkan wawancara dan pengamatan partisipan di Kampala, Uganda dari para volunteer di LSM Sexual Minorities Uganda pada tahun 2015-2016, “saya menemukan bahwa perempuan transgender menggunakan berbagai daftar gender dan seksualitas yang tidak sepenuhnya sesuai dengan norma performativitas di dalam masyarakat. Komunitas queer harus berdamai atas ketidakamanan mereka melalui privatisasi layanan sosial, keamanan, dan aktivitas kehidupan sehari-hari mereka,” ujar Austin.