

Nurly Meilinda menjadi Doktor Ilmu Komunikasi FISIP UI ke-147 dan doktor wanita ke-75 dengan predikat akademik ‘sangat memuaskan’. Prosesi promosi doktor Nurly diadakan pada Rabu (23/04/2025) di Auditorium Juwono Sudarsono, FISIP UI. Ia mengangkat judul disertasi “Domestikasi Teknologi dan Pemberdayaan Perempuan (Analisis Naratif Konstruksi Gender dan Teknologi pada Penggunaan Telepon Pintar oleh Perempuan Kelompok Menengah Bawah Kota Palembang)”.
Sebagai ketua sidang, Prof. Dr. Semiarto Aji Purwanto, promotor, Prof. Dr. Billy K. Sarwono, M.A, kopromotor, Dr. Ummi Salamah, M.Si. serta para dewan penguji, Dr. Sunarto, M.Si, Prof. Dr. Eni Maryani, M.Si, Dr. Nina Mutmainnah, M.Si, Dr. Hendriyani, Dr. Reny Yuliati, M.Si.
Menurut Nurly, studi ini dilatar belakangi dari paradoks yang muncul seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi digital. Di satu sisi Indonesia menjadi salah satu negara dengan jumlah pengguna telepon pintar terbanyak di dunia. Di sisi lain masih banyak kelompok perempuan, terutama dari kalangan menengah bawah, yang menghadapi kesenjangan digital dan belum sepenuhnya mampu mengakses serta memanfaatkan teknologi telepon pintar secara optimal.
Nurly menekankan pentingnya mempertimbangkan perspektif perempuan dalam proses pembangunan di tengah semakin meluasnya penggunaan telepon pintar pada masyarakat, “saya menggunakan metode narasi dengan pengumpulan data melalui wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan dengan melibatkan 5 (lima) perempuan, khususnya ibu, sebagai informan penelitian,” ujarnya.
“Dalam penelitian ini saya memiliki argumen bahwa teknologi dan masyarakat saling membentuk satu sama lain, oleh karena itu penting dilakukan penelitian yang melihat bagaimana teknologi diintegrasikan dalam konteks sehari-hari penggunanya. Melalui sudut pandang teori domestikasi teknologi, penelitian ini berfokus pada pertanyaan tentang bagaimana teknologi telepon pintar dimaknai oleh perempuan dan kemudian menyatu dalam keseharian,” jelas Nurly.
Nurly mengungkapkan bahwa praktik domestikasi teknologi di kalangan perempuan dari keluarga menengah bawah merupakan proses dialektik dinamis dalam konstruksi sosial gender dan teknologi, proses domestikasi ini memperlihatkan bahwa telepon pintar tidak hanya digunakan untuk kebutuhan ibu, tetapi juga berkembang sesuai dengan perkembangan dan perubahan peran mereka dalam rumah tangga dan masyarakat.
“Serta penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan telepon pintar, khususnya pada ibu dari kelompok menengah bawah, tidak dapat dilepaskan dari konstruksi gender dan teknologi yang membingkai cara ibu memaknai dan memanfaatkan teknologi sebagai bagian dari tanggung jawab terhadap keluarga,” jelasnya.
Menurutnya, penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam ranah kajian ilmu komunikasi, khususnya pada level komunikasi interpersonal dengan fokus pada konteks komunikasi keluarga, penelitian ini menyoroti bagaimana interaksi antara ibu dan anggota keluarga lainnya berpengaruh terhadap penggunaan dan pemaknaan teknologi.
Dalam konteks komunikasi keluarga, penelitian ini mengungkap bahwa telepon pintar dimanfaatkan ibu untuk mengatur aktivitas dan alur komunikasi dalam ranah domestik. Sedangkan dalam konteks komunikasi teknologi, penelitian ini menambahkan wawasan tentang bagaimana teknologi diadopsi, dimaknai, dan diintegrasikan dalam kehidupan sehari-hari, serta melihat peran teknologi dalam pemberdayaan perempuan.
Pada disertasi ini Nurly menawarkan sudut pandang tambahan dalam memahami praktik domestikasi teknologi perempuan kelompok menengah bawah yaitu dengan mempertimbangkan fokus pada aspek kapital, kontekstual, kultural, dan struktural untuk mendapatkan esensi sosial dari penggunaan teknologi yang dapat digunakan pada kelompok spesifik lainnya.