Tri Adi Sumbogo menjadi lulusan doktoral Ilmu Komunikasi FISIP UI setelah mempertahankan disertasinya yang berjudul “Aktivisme Kultural Perfilman Independen Banyumas (Studi Multi Kasus Komunitas Film Purbalingga, Cilacap, Dan Kebumen)” pada Rabu (03/07) di hadapan para dewan penguji di Auditorium Mochtar Riady, FISIP UI, Depok.
Selaku ketua sidang promosi doktor, Prof. Dr. Semiarto Aji Purwanto, sebagai promotor Dr. Nina Mutmainnah, M.Si. dan kopromotor Inaya Rakhmani, M.A., Ph.D. Serta dewan penguji, Novi Kurnia, M.Si., Ph.D., Tito Imanda, Ph.D., Dr. Lestari Nurhayati, M.Si., Dr. Ade Armando, M.S., dan Endah Triastuti, Ph.D.
Tri Adi menjelaskan bahwa penelitian ini mengeksplorasi fenomena aktivisme kebudayaan berbasis perfilman lokal dalam konteks masyarakat Indonesia setelah otoritarianisme yang terjadi dalam subkultur Banyumas.
“Kajian ini mendialogkan konstruksi realitas komunitas perfilman independen Banyumas dengan aktivisme kebudayaan yang mengusung nilai transformatif, penyadaran publik, dan pemberdayaan politik. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme kritis yang memposisikan peneliti sebagai entitas yang tidak berjarak dengan subjek penelitian,” jelas Tri Adi.
Lebih lanjut ia menjelaskan, “keterlibatan secara aktif dan partisipatif melandasi penggunakan strategi penelitian studi multikasus di tiga situs komunitas film yang beroperasi di wilayah Banyumas Raya: Cinema Lovers Community (Purbalingga), Sangkanparan (Cilacap), dan Komunitas Kedung (Kebumen). Penelitian ini mengeksplorasi dinamika perkembangan dan transformasi historis pegiat perfilman lokal Banyumas melalui komunitas-komunitas mereka pada periode 2001 hingga 2021.”
Para pegiat perfilman tersebut mengonstruksi realitas kultural baru melalui produksi, distribusi, dan ekshibisi film dalam konteks lokal melalui Jaringan Kerja Film Banyumas. Film pun menjadi medium pendidikan publik dan kampanye kreatif atas isu sosial politik lokal, di mana terkonstruksi nilai-nilai transformatif terkait nilai kesetaraan, keadilan sosial, dan kemanusiaan, seiring munculnya pengetahuan alternatif yang menawarkan cara pandang baru atas realitas.
“Identitas Penginyongan menjadi perekat dan pengikat untuk memobilisasi sumber daya warga terkait film independen sebagai sarana pendidikan politik kewarganegaraan. Semangat “batirisme” yang egaliter di antara pegiat perfilman komunitas di Banyumas Raya menjadi daya dorong sekaligus spirit perkawanan yang dibangun dan tecermin dalam tindakan sosial serta interaksi di antara mereka,” ujar Tri Adi.
Tri Adi memberikan kontribusi dari segi teoretik untuk teori poskolonial difokuskan pada agensi poskolonial yang secara kolektif membangun kesadaran kritis bagi warga di berbagai level demografis untuk menciptakan semesta baru dalam praktik perfilman yang mendorong terwujudnya transformasi sosial.
Menurut Tri Adi, “penelitian ini memberikan kontribusi pengkayaan konseptual untuk terminologi aktivisme kebudayaan yang tidak lagi hanya bersifat reaktif serta kritis terhadap dominasi negara. Aktivisme kebudayaan dalam riset ini menunjukkan keberlanjutan yang ditopang dengan aktivitas pedagogi kritis bermedia yang memberikan ruang pemberdayaan bagi publik yang lebih luas.”