

Depok, 2 Januari 2025 – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) menambah doktor di bidang Sosiologi setelah Mita Rosaliza berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Strategic Action Field: Bisnis Panglong Arang di Indonesia” di hadapan para dewan penguji pada Selasa (02/01/2025) di Auditorium Juwono Sudarsono, FISIP UI, Depok. Ia menjadi doktor kriminologi ke-137 dengan predikat sangat memuaskan.
Sidang promosi doktor ini dipimpin oleh Prof. Drs. Iwan gardono Sudjatmiko, Ph.D sebagai ketua sidang, dengan Prof. Dr.-der.Soz. Drs. Gumilar Rusliwa Somantri sebagai promotor dan Prof. Dr. Drs. Ricardi S. Adnan, M.Si. sebagai kopromotor. Dewan penguji terdiri dari Prof. Dr.-der.Soz. Nusyirwan Effendi, Mia Siscawati, Ph.D., Dr. Ida Ruwaida, S.Sos., M.Si., dan Dra. Lugina Setyawati Setiono, M.A., Ph.D.
Penelitian Mita dilakukan untuk memperkuat studi sosiologi pasar dalam konteks industri ekstraktif bisnis arang di Indonesia. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada elemen-elemen teori SAF. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, yang dimulai dengan melacak dan melapisi koordinat lokasi bisnis panglong arang di Pulau Bengkalis untuk memberikan gambaran yang komprehensif.
Mita menjelaskan bahwa bisnis panglong arang di Bengkalis memiliki sejarah panjang yang melibatkan dinamika sosial, ekonomi, dan ekologis yang kompleks. Pergeseran kebijakan kehutanan, perubahan akses terhadap hutan mangrove, dan dinamika pasar global turut memengaruhi kelangsungan bisnis ini. Suku Akit, yang sebelumnya memiliki hutan bakau sebagai bagian dari hak ulayat, kini hanya memiliki akses terbatas berdasarkan pengaturan formal dari pemerintah.
Penurunan permintaan arang di pasar global sejak 2005 telah memaksa bisnis panglong arang kembali ke skala kecil, dikelola oleh keluarga sebagai sumber penghasilan utama. Hasilnya menunjukkan bahwa bisnis arang panglong adalah sektor ekonomi penting bagi masyarakat pesisir seperti suku Akit yang memiliki ketergantungan tinggi pada sumber daya alam lokal, baik untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi subsisten maupun keberlanjutan budaya mereka, selain keterampilan sosial, pengusaha atau pemilik panglong atau yang disebut tauke yang mendominasi rantai pasokan dan manajemen bisnis arang ini, seringkali dengan praktik yang lebih berorientasi pada keuntungan daripada kelestarian lingkungan.
Secara keseluruhan, meskipun bisnis panglong arang memiliki potensi ekonomi yang signifikan, tantangan struktural dan ekologis yang dihadapi oleh Suku Akit memerlukan perhatian serius. Dengan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan, baik dari tingkat lokal hingga nasional, diharapkan perubahan yang positif dan berkelanjutan dapat tercapai, sehingga tidak hanya melestarikan ekosistem mangrove, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang bergantung padanya.
Lebih jauh, Mita mengkritik ketergantungan pada solusi berbasis pasar yang gagal menghentikan deforestasi dan degradasi lingkungan secara signifikan. Pendekatan ini lebih mengutamakan pertumbuhan ekonomi dan efisiensi pasar daripada pengurangan emisi karbon yang diperlukan untuk mencegah perubahan iklim yang tidak terkendali.
Kritik yang dilontarkan dalam tulisan ini menggambarkan bahwa keberlanjutan sejati hanya dapat dicapai dengan meninggalkan logika pasar yang dominan. Sebagai alternatif, masyarakat global perlu membangun model ekonomi yang tidak sekadar memodifikasi sistem yang ada tetapi benar-benar berorientasi pada pelestarian ekosistem.
Namun, upaya ini menghadapi tantangan besar karena kekuatan kepentingan yang saling terkait, baik di tingkat lokal maupun global, yang terus mempertahankan status quo. Jika keberlanjutan tidak segera menjadi prioritas utama, dampak jangka panjang dari perubahan iklim akan menjadi ancaman eksistensial bagi semua.
Penelitian ini memberikan kontribusi yang signifikan dalam memahami hubungan antara komunitas pesisir, pengusaha lokal, dan kebijakan pemerintah dalam konteks bisnis arang panglong. Selain itu, Mita menawarkan pendekatan strategis untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh para aktor yang terlibat, sambil mempromosikan keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan di Bengkalis.