
FISIP UI mengadakan kuliah umum bersama Duta Brasil untuk Indonesia, H.E. George Monteiro Prata yang membahas mengenai “The Leadership of Brazil in BRICS: Role and Challenges” pada Selasa (20/05) di Auditorium Mochtar Riady, FISIP UI. Depok. Kuliah umum ini diselenggarakan untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai masa depan BRICS dengan presidensinya yang dipegang oleh Brasil di tahun 2025.
BRICS merupakan akronim dari Brazil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan, dan merupakan salah satu organisasi pemerintahan internasional. Pada awalnya, organisasi ini dibentuk untuk memfasilitasi para anggota dalam membahas dan merancang kebijakan multilateral, khususnya dalam masalah ekonomi.
Dalam sambutannya, Dekan FISIP UI, Prof. Dr. Semiarto Aji Purwanto mengatakan, Brasil menjadi ketua BRICS tahun 2025. Di bawah motto yang menginspirasi “Memperkuat Kerja Sama Negara-Negara di Belahan Bumi Selatan Untuk Tata Kelola Yang Lebih Inklusif dan Berkelanjutan,” Brasil membimbing BRICS melalui periode transformasi dan ekspansi yang kritis.

“Jabatan ketua ini menandai momen penting saat Brasil memajukan visinya tentang tata kelola global yang berkelanjutan, dan inklusif sambil membina hubungan ekonomi, serta memobilisasi sumber daya untuk memerangi perubahan iklim. Fokus kepresidenan Brasil dalam lembaga tata kelola global mencerminkan komitmen untuk meningkatkan partisipasi negara-negara berkembang dalam pengambilan keputusan internasional,” ujarnya.
Prata menjelaskan bahwa BRICS telah menjadi organisasi yang memiliki porsi besar di kancah internasional, “hal tersebut digambarkan oleh jumlah penduduk negara-negara anggotanya yang mencapai 3,3 miliar jiwa atau lebih dari 40% penduduk dunia dan bobot ekonominya diperkirakan mencapai 37,3% dari produk domestik bruto (PDB) global, serta dicirikan dengan basis konsumen dan tenaga kerja yang besar.”
BRICS terus berkembang hingga saat ini dengan pengumuman terbaru pada tanggal 6 Januari 2025 oleh Brazil sebagai presidennya untuk tahun 2025 bahwa Indonesia akan menjadi anggota terbaru dan negara anggota Asia Tenggara pertama yang bergabung dengan BRICS. Seiring berjalannya waktu, keanggotaan dan pengaruhnya terus meluas, tercermin dari semakin banyaknya anggotanya.
Perkembangan ini tentu saja meningkatkan perhatiannya di panggung internasional, terutama dengan beberapa pihak yang memandang keberadaan BRICS sebagai tantangan bagi ekonomi politik barat dan pihak lainnya yang mempertanyakan keharmonisan internal BRICS dalam mengelola ekspansi mereka.

Menurut Prata, BRICS di buat untuk memberdayakan negara-negara berkembang, “BRICS are not against everybody, anggota BRICS seharusnya berbagi peluang dan tantangan, menciptakan masa depan yang lebih baik, serta berbagi visi yang sama.”
Awal tahun ini, Indonesia resmi bergabung dengan BRICS sebagai anggota penuh, menjadi negara pertama yang bergabung selama masa kepresidenan Brasil. Langkah bersejarah ini merupakan penyelarasan strategis kepentingan dan nilai bersama kedua negara.
“Sebagai anggota BRICS, Brasil dan Indonesia untuk berkolaborasi sangat penting dalam hubungan bilateral dan Indonesia adalah negara yang strategis serta bisa menjadi simbol untuk mempromosikan asia tenggara,” jelas Prata.
Sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan negara dengan populasi terbesar keempat di dunia, Indonesia memberikan bobot yang cukup besar bagi BRICS. Keanggotaan Indonesia mencerminkan komitmen terhadap kebijakan luar negeri yang “bebas dan aktif” dan keinginan Indonesia untuk memberikan kontribusi positif bagi kerja sama di kawasan Selatan Global.

Prata mengatakan, Brasil maupun Indonesia mendukung reformasi lembaga tata kelola global untuk memastikan partisipasi yang lebih besar dari negara-negara berkembang dan negara-negara berkembang, hubungan bilateral antara Brasil dan Indonesia memiliki potensi pertumbuhan yang sangat besar di berbagai sektor, mulai dari pertanian hingga industri teknologi tinggi. Sebagai sesama anggota WTO, G20, dan sekarang BRICS, Brasil dan Indonesia diposisikan untuk berkolaborasi dalam membentuk masa depan tata kelola ekonomi global. “Indonesia dan Brasil mengupayakan peningkatan legitimasi dan efisiensi dalam organisasi-organisasi internasional yang ada.”
Menurutnya, kepemimpinan Brasil di BRICS menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya seperti perubahan iklim, kesenjangan ekonomi, gangguan teknologi, dan fragmentasi geopolitik.