Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) menggelar sidang terbuka Promosi Doktor Ilmu Politik dengan promovendus atas nama Sung-Deuk Lee, menjadi Doktor ke 130 dari Politik. Lee menyampaikan penelitian disertasi dengan judul, “Partai Politik Di Bawah Otoriterianisme Militer: Studi Kasus Partai Republik Demokratik Selama Rezim Park Chung-Hee Di Korea Selatan (1963-1979) Dan Golkar Selama Rezim Suharto Di Indonesia (1968-1998)”. Sebagai ketua sidang Dr. Arie Setiabudi Soesilo, M.Sc. Sebagai promotor Prof. Dr. Burhan D. Magenda, M.A, kopromotor Julian Aldrin Pasha, M.A., Ph.D dan Chusnul Mar’iyah, Ph.D. Dr. Lee menjalani sidang terbuka secara daring pada Selasa (18/5).Penguji Sidang ini Prof. Dr. Maswadi Rauf, M.A.,Prof. Dr. Mohtar Mas’oed, Dr. Isbodroini Suyanto, M.A. dan Meidi Kosandi, M.A., Ph.D.
Penelitian ini di latar belakangi oleh perbedaan dari akhir dua partai, Partai Republik Demokratik di Korea Selatan dan Golkar di Indonesia. Partai yang satu telah bubar dengan pembunuhan pemimpinnya disertai krisis politik. Sebaliknya, partai satunya lagi masih bertahan hingga saat ini, bahkan setelah pengunduran diri pemimpinnya yang disertai juga dengan krisis politik. Satu pihak gagal dengan pelembagaan, dan satunya lagi menunjukkan cukup pelembagaan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui mengapa Partai Republik Demokratik di Korea Selatan harus melenyap, dan Golkar di Indonesia dapat bertahan. Selain itu, penelitian ini mencoba mencari hubungan antara akhir dari sebuah partai dengan tingkat institusionalisasi.
Korea Selatan dan Indonesia memiliki latar belakang sejarah dan politik yang sangat mirip dalam sejarah modern. Setelah kekalahan imperialisme Jepang pada tahun 1945, kedua negara akhirnya mencapai kemerdekaan dan keduanya mengalami persoalan politik, ekonomi internal dan eksternal seperti perang. Untuk pembangunan ekonomi dan stabilitas politik, rezim otoriter militer hadir dan menjabat selama beberapa dekade, walaupun kemudian menunjukkan proses pengambil alihan kekuasaan yang sedikit berbeda.
Alasan mengapa kedua rezim mampu berkuasa dalam waktu yang lama, salah satu faktornya adalah disebabkan partai yang berkuasa di kedua negara. Partai yang berkuasa ini sangat berperan penting dalam mempertahankan rezim karena memiliki peran sentral dalam politik. Kedua partai, Partai Republik Demokratik dan Golkar, memainkan peran penting dalam mengamankan legitimasi dan mempertahankan rezim otoriter militer di Korea dan Indonesia.
Hal ini yang kemudian menjadi ketertarikan peneliti dalam mengkaji penelitian ini. Dalam teori pelembagaan partai politik Samuel P. Huntington, ia menyatakan bahwa pelembagaan partai politik adalah bagaimana suatu organisasi dapat memperoleh nilai dan stabilitas. Menurutnya, pelembagaan dapat diukur dari kemampuan beradaptasi, kompleksitas, otonomi, dan koherensi. Artinya kita dapat melihat perbedaan tingkat pelembagaan antara lahir dan berakhirnya dua partai yang berkuasa dengan keempat faktor tersebut.
Oleh karena itu, peneliti membandingkan dan menganalisis struktur dan fungsi kedua partai dalam beberapa bab tentang kemampuan beradaptasi, kompleksitas, otonomi, dan koherensi. Peneliti juga menemukan beberapa perbedaan mendasar. Peneliti mempelajari bagaimana pelembagaan partai politik sangat mempengaruhi keberadaan kedua partai melalui proses analisis komparatif ini.