Penelitian ini membahas mekanisme terwujudnya keragaman, dinamika dan kontinuitas perilaku “berbagi dan tidak berbagi” (shared and unshared) pengetahuan antar subjek dalam suatu komunitas yang bersifat situasional dari waktu ke waktu. Mekanisme belajar dan transmisi pengetahuan yang terlaksana melalui “berbagi dan tidak berbagi”, menjadi bagian dari dan berada dalam kegiatan keseharian para praktisi dalam komunitasnya. Fenomena ini ditemukan dalam keseharian petani sayur Karo di Berastagi, Sumatera Utara.
Para praktisi tersebut merupakan individu-individu yang dalam situasi yang dalam situasi tertentu membagikan pengetahuannya dan juga menyembunyikan dari praktisi (subjek) lain. Keragaman perilaku “berbagi dan tidak berbagi” pengetahuan itu tidak hanya dilakukan beberapa subjek individual secara tidak menentu, tetapi juga secara bersama oleh kolektiva dan berkelanjutan.
Kajian tentang perilaku “berbagi dan tidak berbagi” pengetahuan itu diharapkan berkontibusi pada bahasan tentang dinamika dalam transmisi pengetahuan oleh para pelaku yang hidup dalam suatu komunitas praktisi. Pendekatan connectionism menjadi acuan dalam menjelaskan fenomena keragaman perilaku berbagi dan tidak berbagi pengetahuan, khususnya tentang pestisida.
Hasil penelitian menemukan tiga varian utama perilaku berbagi dan tidak berbagi pengetahuan dengan tiga konsekuensi pada struktur ekstrapersonal subjek. Konsekuensi itu mempengaruhi terbentuknya skema pengetahuan subjek yang juga beragam tergantung pada karakteristik setiap konsekuensi pada struktur ekstrapersonal. Karakterstik konsekuensi perilaku berbagi dan tidak berbagi pengetahuan itu ternyata menunjukan keagensian pada pelaku dan juga liyan.
Temuan disertasi ini memberikan kebaruan pada model penjelasan connectionism untuk mengungkapkan mekanisme terwujudnya keragaman. Temuan disertasi ini juga memperkuat fenomena keragaman agensi dan menambahkan temuan sebelumnya bahwa keragaman dan dinamika itu terwujud melalui mekanisme penyembunyian pengetahuan, konstruksi/seleksi relasi dan aliansi, serta kompetisi dan kepentingan ragam subjek.
Faktor kontekstual yang berkonstribusi pada terwujudnya keragaman itu terkait dengan kelangkaan sumber, serangan penyakit dan hama, tingginya fluktuasi harga, serta hawa atau cuaca. Sebagian dari faktor kontekstual ini terkait dengan dimensi historis, serta kondisi risiko dan ketidakpastian yang sehari-hari dihadapi petani.
Pengetahuan-pengetahuan mengenai masalah-masalah itu lah yang sebagian dibagi dan bagian lainnya tidak dibagikan, terutama terkait dengan pestisida. Fenomena berbagi dan tidak berbagi pengetahuan menyebar menjadi perilaku bersama mewujudkan shared concealment atau shared secrecy, dan mewujudkan pelaku yang memiliki kemampuan secretive agentic.
Sri Alem Br. Sembiring berhasil menyandang gelar doktor Antropologi, setelah berhasil mempertahankan hasil disertasinya yang berjudul “Katakan yang Benar, Jangan yang Sebenar-Benarnya: Berbagi dan Tidak Berbagi Pengetahuan Tentang Pestisida pada Petani Sayur Karo” di hadapan para penguji. Sidang promosi doktor Sri Alem dilaksanakan pada Jumat (27/12) di Auditorium Komunikasi FISIP UI.