Promosi Doktor Ilmu Komunikasi FISIP UI, Ignatius Haryanto Djoewanto: Disrupsi Digital, Arena Jurnalistik dan Transformative Capital di Kompas dan Tempo

Depok, 19 April 2024 – Ignatius Haryanto Djoewanto resmi mendapatkan gelar Doktor dalam bidang Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI), Jumat (19/04) di Auditorium Juwono Sudarsono, FISIP UI. Ia berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Diserupsi Digital, Journalistic Field (Arena Jurnalistik) dan Transformative Capital di Kompas dan Tempo (1995-2020)” serta mendapatkan predikat sangat memuaskan dengan IPK 3.81.

Sidang diketuai oleh dekan FISIP UI, Prof. Dr. Semiarto Aji Purwanto. Sebagai Promotor adalah Dr. Eriyanto dan Kopromotor Dr. Irwan Julianto, MPH. Serta dewan penguji, Dr. Nina Mutmainnah, Inaya Rakhmani, Ph.D., Dr. Indah Santi Pratidina, J. Haryatmoko, Ph.D dan Angela Romano, Ph.D.

Dalam disertasinya, Haryanto mengatakan, “Sejak pertengahan dekade pertama abad ke-21, kita menyaksikan banyak perusahaan media besar menutup dirinya, mereorganisasi perusahaannya, memperkecil unit usahanya, hingga menutup media cetak dan berganti menggunakan platform media online. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Negara Barat seperti di Amerika Serikat, Eropa Barat, ataupun Australia tetapi juga terjadi di Indonesia.”

Banyak pengamat yang menyebut bahwa fenomena ini merupakan dampak dari disrupsi media yang merupakan kemunculan media baru seperti media berbasis internet dan menggeser kedudukan media lama yaitu surat kabar dan majalah, kehadiran smart phone yang memiliki kemampuan berupa berita atau informasi, sehingga akhirnya pengiriman informasi model lama dalam bentuk surat kabar dianggap kuno.

Dalam situasi demikian, banyak pihak mencoba melakukan sejumlah inovasi, antara lain dengan melakukan konvergensi media, melakukan penyesuaian terhadap digitalisasi media ini, dan mencoba bertahan dalam situasi yang mengubah cara kerja jurnalisme, dan cara audiens menerima produk jurnalisme.

“Perubahan dari iklim media analog menuju media digital bukan semata-mata masalah perubahan teknologi semata, tetapi di dalamnya ada banyak masalah yang bisa terjadi,” jelas Haryanto.

Satu perkembangan yang juga tak dapat dinafikan adalah kehadiran perusahaan teknologi besar seperti Google dan Facebook yang membuat proses produksi dan proses distribusi pun jadi berubah.

Ia menambahkan, “Berkuasanya dua platform raksasa teknologi ini juga berengaruh pada perkembangan industri media di Indonesia. Google dan Facebook yang juga menjadi distributor berita-berita yang dihasilkan oleh banyak perusahaan media, meraup banyak pendapatan yang tadinya dimiliki perusahaan media tersebut.”

“Dalam penelitian ini, saya mencoba untuk menggunakan kerangka pikir yang dikemukakan oleh sosiolog Perancis, Pierre Bourdieu, khususnya tentang konsep ‘journalistic field’ oleh Benson & Neveu,  yang dalam penelitian ini diterjemahkan sebagai ‘arena jurnalistik’,” ujar Haryanto.

Ia mengatakan, arena jurnalistik ini dibayangkan sebagai latar untuk menjelaskan bagaimana perubahan yang terjadi dalam diri Kompas dan Tempo dalam upaya untuk mentransformasi organisasi media tersebut untuk menjadi tetap relevan dan bertahan dalam era digital seperti sekarang.

Haryanto menjelaskan, hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa kedua organisasi media, baik Kompas dan Tempo, sama-sama terlambat mengantisipasi perkembangan media dan jurnalisme digital atau tidak sepenuh hati mengembangkan media dan jurnalisme digital pada awalnya, karena rasa percaya diri yang kuat sebagai pemimpin pasar di media cetak.

Lebih lanjut ia mengatakan, kedua media sama-sama mengenyam kehidupan politik yang represif dan otoriter berimbas pada tindakan kedua media selama masa Orde Baru dan ini yang merupakan suatu perubahan arena jurnalistik menuju pada kondisi ekonomi dan politik yang liberal setelah Orde Baru tumbang. Kedua media turut menikmati keuntungan pada era liberal tersebut dengan mengembangkan ekspansi ke sejumlah bidang ataupun ekspansi dengan kepemilikan media di sejumlah kota di luar Jakarta.

Ketika media online mulai muncul dan berkembang, kehadiran platform baru ini dilihat sebelah mata, sampai akhirnya kedua media ini sadar turunnya pendapatan dari sisi iklan dan sirkulasi media pada awal dekade kedua abad 21, bukanlah hal yang terjadi secara alami, tetapi karena ada perubahan secara struktural baik lingkungan di industri media dan juga perubahan dari para pembaca kedua media tersebut.

Penelitian ini juga hendak mengembangkan konsep kapital yang telah dikemukakan Bourdieu, dan peneliti di sini mencoba menggagas konsep tentang kapital transformatif yang merujuk pada kemampuan sebuah organisasi melakukan perubahan dan menyesuaikan diri dalam kondisi saat ini dalam hal transformasi digital untuk menyelamatkan masa depan organisasi dan membuatnya jadi tetap relevan bagi para audiensnya.

“Penelitian ini menyimpulkan bahwa Kompas dan Tempo memiliki kapital transformatif, namun dengan sejumlah catatan, atau sejumlah syarat atau kondisi untuk sampai pada kondisi memiliki kapital transformatif tersebut,” tutup Haryanto diakhir presentasinya.

Related Posts

Hubungi Kami

Kampus UI Depok
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia
Jl. Prof. Dr. Selo Soemardjan, Depok, Jawa Barat 16424 Indonesia
E-mail: fisip@ui.ac.id
Tel.: (+62-21) 7270 006
Fax.: (+62-21) 7872 820
Kampus UI Salemba
Gedung IASTH Lt. 6, Universitas Indonesia
Jl. Salemba Raya 4, Jakarta 10430 Indonesia

E-mail: fisip@ui.ac.id
Tel.: (+62-21) 315 6941, 390 4722

Waktu Layanan

Administrasi dan Fasilitas
Hari : Senin- Jumat
Waktu : 08:30 - 16:00 WIB (UTC+7)
Istirahat : 12.00 - 13.00 WIB (UTC+7)

Catatan:
*) Layanan tutup pada hari libur nasional, cuti bersama, atau bila terdapat kegiatan internal.