Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) menggelar sidang terbuka Promosi Doktor Kesejahteraan Sosial dengan promovendus atas nama Herwin Wahyu Susanti, menjadi Doktor perempuan Kesejahteraan Sosial ke 26 dan Doktor ke 50 dari Kesejahteraan Sosial. Herwin menyampaikan penelitian disertasi dengan judul, “Sensivitas Budaya dalam Pengembangan Model dan Strategi Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus Kampung Usku, Distrik Senggi Kabupaten Keerom Provinsi Papua)”. Sebagai ketua sidang Dr. Arie Setiabudi Soesilo, M.Sc. Sebagai promotor Prof. Dr. Bambang Shergi Laksmono, M.Sc, kopromotor Dr. Ety Rahayu dan Dr. Ir. H.M. Nurdin, MT. Dr. Herwin menjalani sidang terbuka secara daring pada Rabu (19/5). Penguji Sidang ini Prof. Isbandi Rukminto Adi, Ph.D, Dr. Herry Yogaswara, M.Sc, Dr. Saraswati Soegiharto, M.A, Dr. Triyanti Anugrahini, M.Si, Dr. Indra Lestari, M.Si.
Papua menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang selalu menarik untuk diperbincangkan karena sangat kaya dengan sumber daya alam, namun kesejahteraan masyarakatnya masih tertinggal dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia. Pemerintahan Presiden Jokowi dengan program Nawacita 3 memberikan perhatian khusus pada pembangunan di Papua.
Model klaster kampung berbasis adat dan sumber daya alam, merupakan pilot proyek yang di gagas oleh Kementrian Desa, pembangunan daerah tertinggal dan transmigrasi untuk pemberdayaan masyarakat di kampung Usku Distrik Senggi Kabupaten Keerom provinsi Papua, melalui pemberian pengetahuan dan keterampilan bercocok tanam secara budidaya di lahan perkarangan dengan harapan masyarakat mau menjadi petani menetap tidak lagi berburu ke hutan, sehingga pemberian akses kesehatan, pendidikan dan teknologi informasi bida lebih mudah diberikan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi pelaksaan kendala-kendala yang dihadapi pada pelaksanaan pilot proyek pemberdayaan masyarakat model klaster kampung berbasis adat dan SDA, serta menganalisis pengaruh insensitivitas budaya terhadap ketidakberhasilan pilot proyek di kampung Usku tersebut.
Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif melalui studi kasus dan pengumpulan data dilakukan melalui indepth interview terhadap sejumlah informan yang berasal dari tokoh dan masyarakat kampung Usku, bebrapa pejabat dari Distrik Senggi, Pemda Kabupaten Keerom dan Kementrian Desa. Analisis dilakukan secara induksi untuk menemukansuatu konsep tentang model pemberdayaan yang sesuai dengan kondisi masyarakat pada lokasi yang menjadi studi kasus.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tahapan-tahapan yang digunakan dalam pemberdayaan masyarakat Medel Klaster Kampung Berbasis Adat dan SDA kurang memperhatikan aspek buday masyarakat Kampung Usku.
Kendala-kendala muncul baik dari masyarakat setempat ataupun dari pemerintah dan pelaku pemberdayaan yang hamper semuanya terkait dengan budaya masyarakat setempat. Pada akhirnya insensitivitas terhadap budaya masyarakat lokal (Kampung Usku) ternyata menjadi factor yang memperngaruhi ketidakberasilan pilot proyek tersebut dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah perlunya menyempurnakan Model Klaster Kampung Berbasis Adat dan SDA sebagai model pemberdayaan masyarakat dengan memasukan sensitivitas budaya sebagai unsur penting dalam Menyusun desain, implementasi dan evaluasi program pemberdayaan masyarakat serta menjadikannya sebagai unsur penting yang harus dimiliki dan menyertai pelaku pemberdayaan ketika bekerja pada masyarakat.