FISIP Bersama INADIS Mengadakan Seminar Aksesi Indonesia ke OECD: Implikasi terhadap BRICS, Mineral Kritis dan Peran Tiongkok

Center for International Relations Studies (CIReS) LPPSP FISIP UI bersama dengan Indonesian Institute of Advanced International Studies (INADIS) mengadakan seminar yang bertajuk ”Aksesi Indonesia ke OECD: Implikasi terhadap BRICS, Mineral Kritis, dan Peran Tiongkok yang Sedang Bangkit” pada Rabu (07/05) di Auditorium Juwono Sudarsono, FISIP UI, Depok.

Upaya Indonesia baru-baru ini untuk bergabung dengan Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) menandai pergeseran signifikan dalam lanskap ekonomi dan geopolitiknya. Bergabungnya Indonesia ke OECD diharapkan akan membawa penyelarasan kebijakan, reformasi ekonomi, dan peluang investasi, tetapi juga menimbulkan tantangan dalam menyeimbangkan kepentingan nasional dengan kerangka regulasi internasional.

Pada saat yang sama, keterlibatan Indonesia dalam BRIDGE (Belt & Road Initiative Green Development and Economic Cooperation) menyoroti komitmennya untuk membina infrastruktur regional dan kemitraan ekonomi, khususnya di bawah Belt and Road Initiative (BRI) milik Tiongkok.

Acara ini bertujuan untuk menganalisis implikasi dari keanggotaan Indonesia di OECD, keselarasannya dengan BRIDGE, dan pertimbangan strategis seputar mineral kritis seperti nikel dalam menghadapi dominasi Tiongkok.

Dalam sambutannya, Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan FISIP UI, Nurul Isnaeni, Ph.D mengatakan bahwa isu tersebut sangat strategis karena keikutsertaan Indonesia di dalam organisasi tersebut bukan hanya memberikan implikasi pada meningkatnya reputasi Indonesia tapi juga bisa meningkatkan daya saing internasional.

“Kita juga bisa proyeksikan bahwa implikasi dari kerjasama ini akan memberikan dampak yang mendalam di tingkat domestik, bahkan di tingkat lokal dan individual dari masyarakat kita. Indonesia perlu menyesuaikan berbagai kebijakan, kebijakan yang seharusnya bisa meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia secara secara luas,” ujarnya.

Prof. Evi Fitriani (Guru Besar Ilmu Hubungan Internasional UI) membahas mengenai keanggotaan Indonesia di OECD. Indonesia menghadapi lingkungan internasional yang kompleks seperti climate change dan refugee serta technology competition, Indonesia sedang bernavigasi diantara kekuatan besar namun juga Indonesia sedang bernavigasi di antara berbagai masalah yang kompleks yang kita hadapi.

Menurut Prof. Evi,  foreign policy Indonesia di pengaruhi oleh faktor domestik dan juga faktor eksternal, namun dari pengamatannya kondisi Indonesia saat ini memasuki OECD dan BRICS lebih banyak di pengaruhi oleh elite/leader’s decisions.

“Pada Januari 2025 Indonesia masuk kedalam BRICS (Brazil, Russia, India, China, and South Africa), saya melihat upaya pemerintah sekarang untuk mengimbangi langkah antara OECD dan juga BRICS tetapi juga untuk menambah daya tawar Indonesia. Masuknya OECD bagi Indonesia untuk suatu kepentingan nasional dan untuk mengambil keuntungan yang lebih besar dari berbagai options, selain itu masuknya Indonesia ke OECD untuk menguntungkan Indonesia, meningkatkan standar produksi nikel supaya lebih baik dan juga daya tawar ke Cina,” ujar Prof. Evi.

A.E. Yeremia Lalisang (Dosen Hubungan Internasional UI) menjelaskan bahwa di periode 2014-2024 Indonesia Timur itu menjadi center of gravity dari hubungan Indonesia dan Cina, proyek-proyek investasi dari Cina terdorong ke Indonesia Timur. Karena investasinya tergeser ke Indonesia Timur maka sentra nikel besar yang menggunakan dan mendapatkan investasi masif dari Cina itu ada di Nikel Belt Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Halmahera, Maluku Utara.

“Saya melihat fenomena ini dari framework Global China. Cina menjadi satu kekuatan ekonomi besar dunia, maka fenomena ikutan yang terjadi setelah Cina mulai keluar dari batas teritorinya adalah hasil dari interaksi Cina dengan negara mitra, maka untuk mengamati interaksi Cina dengan negara mitra kita harus melihat bagaimana keduanya melakukan bargaining, adaptations, acommodations dan bisa jadi ada resistensi dan bisa jadi collaboration,” ujar Yere.

Menurut Yere, kita tidak bisa melihat dari satu sisi aja, tapi outcome dari kolaborasi itu harus selalu dilihat dari kedua belah pihak. Posisi Indonesia sekarang amat sangat tergantung kepada Cina. Jadi peran Cina di Indonesia dalam hilirisasi nikel ini adalah pembiayaan dalam Belt and Road Initiative (BRI), kepemilikian mayoritas yang signifikan dan menyediakan teknologi RKEF yang digunakan di 90% pabrik peleburan (smelter).

Asra Virgianita, Ph.D (Dosen Ilmu Hubungan Internasional UI), membahas terkait dengan posisi negara-negara Selatan terkait dengan bahan pertambangan, serta kerja sama bilateral dan multilateral yang sudah dilakukan.

Selain itu, penjelasan terkait dengan dominasi komoditas pertambangan, yang mana negara-negara seperti Indonesia, Chile, dan Republik Demokratik Kongo memegang posisi yang signifikan dalam ekspor komoditas pertambangan tertentu. Hal ini menjadi momentum potensial bagi negara-negara di Selatan untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, serta menjadi dapat menjadi bahan negosiasi dan diplomasi ekonomi.

Selain itu, terdapat tantangan dalam negara-negara yang berada di Global South, misalnya terkait dengan permasalahan lingkungan, kepentingan negara, serta kompetisi dan stabilitas, serta dampak keikutsertaan Indonesia dalam organisasi BRICS.

Terdapat faktor-faktor yang harus dipertimbangkan secara kompleks, dan Indonesia harus mempertimbangkan langkah yang strategis dan secara bijak dalam gejolak politik yang tengah berlangsung. Terkait dengan kebijakan luar negeri Indonesia dan potensi kolaborasi, “”Kalau kita bicara soal resource nationalism, tidak berarti bahwa itu adalah zero sum game (selesai)”, sehingga kolaborasi dan usaha yang lebih baik menjadi suatu hal yang perlu diusahakan.

Related Posts

Hubungi Kami

Kampus UI Depok
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia
Jl. Prof. Dr. Selo Soemardjan, Depok, Jawa Barat 16424 Indonesia
E-mail: fisip@ui.ac.id
Tel.: (+62-21) 7270 006
Fax.: (+62-21) 7872 820
Kampus UI Salemba
Gedung IASTH Lt. 6, Universitas Indonesia
Jl. Salemba Raya 4, Jakarta 10430 Indonesia

E-mail: fisip@ui.ac.id
Tel.: (+62-21) 315 6941, 390 4722

Waktu Layanan

Administrasi dan Fasilitas
Hari : Senin- Jumat
Waktu : 08:30 - 16:00 WIB (UTC+7)
Istirahat : 12.00 - 13.00 WIB (UTC+7)

Catatan:
*) Layanan tutup pada hari libur nasional, cuti bersama, atau bila terdapat kegiatan internal.