22 November 2024 — Pameran Pertukaran Sosial Budaya Indonesia-Korea yang diselenggarakan oleh Korea Indonesia Connection Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (KIC FISIP UI) berlangsung dari Senin (18/11) hingga Jumat (22/11) di Auditorium Mochtar Riyadi FISIP UI. Program ini bertujuan mempererat hubungan Indonesia-Korea dengan meningkatkan pemahaman serta apresiasi terhadap warisan budaya, nilai-nilai, dan aspirasi modern yang unik dari masing-masing negara.
Masih dalam rangkaian Pameran Pertukaran Sosial Budaya Indonesia-Korea, diadakan kuliah umum pada Rabu (20/11) oleh Prof. Kim Soo Il (mantan Duta Besar Republik Korea untuk Indonesia) dan Gogot Suharwoto, Ph.D (Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Seoul) yang membahas “Membangun Jembatan, Membentuk Masa Depan: Peran Pendidikan dalam Memperkuat Diplomasi Korea-Indonesia.”. Kuliah umum ini dibuka oleh Nurul Isnaeni, Ph.D (Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan).
Kuliah Prof. Kim membahas bagaimana inisiatif pendidikan bertindak sebagai jembatan, menghubungkan kaum muda dan pemimpin masa depan dari kedua negara dengan cara yang mempererat hubungan diplomatik dan membina persahabatan seumur hidup. Prof. Kim memulai pemaparannya dengan menekankan pentingnya pendidikan sebagai sarana diplomasi lunak yang dapat mendekatkan generasi muda Indonesia dan Korea Selatan.
Prof. Kim juga menyampaikan bahwa program-program pendidikan, seperti beasiswa dan pertukaran pelajar, yang tidak hanya mendekatkan mahasiswa dari kedua negara tetapi juga membangun hubungan diplomasi yang lebih kuat melalui pemahaman lintas budaya. Menutup sesi pemaparannya, Prof. Kim menggarisbawahi peran institusi pendidikan dalam mendukung kolaborasi akademik dan riset lintas negara, termasuk dalam bidang teknologi, budaya, dan keberlanjutan.
Pemaparan dilanjutkan oleh Dr. Gogot Suharwoto yang menggarisbawahi bahwa pendidikan tidak hanya menciptakan peluang ekonomi, tetapi juga memperluas wawasan budaya. Menurutnya, mahasiswa yang mengikuti program pertukaran tidak hanya mendapatkan pengalaman belajar, tetapi juga berperan sebagai duta budaya bagi negara mereka. Ia menambahkan bahwa hubungan personal yang mereka bangun sering kali berkembang menjadi jembatan diplomasi yang lebih luas.
Dr. Gogot juga memberikan pandangan tentang potensi pendidikan digital dalam era globalisasi. Teknologi, menurutnya, menjadi alat yang sangat penting untuk mendorong kolaborasi lintas negara, terutama di kalangan generasi muda. Ia mengajak peserta untuk memanfaatkan perkembangan teknologi guna menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif dan progresif.
Pada Kamis (21/11), rangkaian kegiatan dilanjutkan dengan Bincang-Bincang Akademik yang menghadirkan Prof. Go Bo Kyung dari Busan University of Foreign Studies. Diskusi ini berfokus pada tantangan sosial budaya di Indonesia dan Korea serta bagaimana generasi muda dapat menjawab tantangan tersebut dengan kolaborasi lintas negara.
Dalam pemaparannya, Prof. Go menjelaskan bahwa Generasi Z, yang sering disebut sebagai “digital natives,” memainkan peran kunci dalam membentuk masa depan hubungan lintas budaya antara Indonesia dan Korea. Ia mencatat bahwa pemahaman mendalam tentang konteks sosial dan budaya masing-masing negara menjadi penting untuk membangun kolaborasi yang efektif.
Prof. Go juga menyoroti peran unik budaya pop Korea (Hallyu) dalam memperkuat hubungan dengan Indonesia. Ia menyebut bahwa K-Pop, drama Korea, dan tren lainnya tidak hanya menjadi alat promosi budaya tetapi juga membuka peluang kolaborasi yang lebih luas di sektor ekonomi kreatif dan pendidikan.
Sesi ini kemudian dilanjutkan oleh Bincang-Bincang Populer yang melibatkan para alumni penerima Beasiswa Korea serta perwakilan dari Axel Indonesia. Mereka berbagi pengalaman tentang peluang studi dan karier di Korea Selatan, sekaligus memberikan inspirasi bagi peserta untuk mengejar mimpi mereka di kancah internasional.
Secara keseluruhan, acara ini memberikan kesempatan unik bagi warga Indonesia dan Korea untuk berkumpul, membangun hubungan yang langgeng, dan membuka jalan bagi kolaborasi sosial budaya yang berkelanjutan. Melalui pengalaman dan dialog bersama, Pameran Pertukaran Sosial Budaya Indonesia-Korea menjadi bukti kekuatan pertukaran budaya dalam mempromosikan pemahaman, empati, dan persatuan antarbangsa.
FISIP UI berharap Pameran Pertukaran Sosial Budaya Indonesia-Korea ini dapat menjadi langkah nyata dalam memperkuat hubungan bilateral kedua negara, khususnya melalui pendidikan dan budaya. FISIP UI berkomitmen untuk terus menjadi jembatan yang menghubungkan generasi muda Indonesia dengan dunia internasional melalui berbagai program pertukaran, kolaborasi akademik, dan dialog budaya. Dengan semangat inklusivitas dan inovasi, FISIP UI bertekad untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang mendukung pembelajaran lintas budaya dan membangun relasi yang harmonis dan berkelanjutan.