Departemen Antropologi FISIP UI menyelenggarakan International Symposium Journal Antropologi Indonesia. ISJAI kali ini diselenggarakan di Universitas Gajah Mada, Jogjakarta pada tanggal 23 – 26 Juli 2019. Rektor UGM, Dekan FISIP UI, Dekan FIB UGM hadir pada acara ini. Tema simposium ini adalah “Penggunaan dan Penyalahgunaan Keragaman: Respon Antropologis terhadap Ancaman Disintegrasi”
International Symposium Journal Antropologi Indonesia ini memiliki 20 panel topik dan dihadiri total oleh 450 partisipan yang hadir dari 14 negara. ISJAI-7 memaparkan sebanyak 190 hasil penelitian dari 95 lembaga penelitian (72 diantaranya adalah 41 universitas dalam negeri serta 31 universitas luar negeri).
Gatot Saptadi, Sekretaris Daerah DIY yang membacakan sambutan Sultan Hamengkubuwono X dalam International Symposium of Journal Antropologi Indonesia (ISJAI) mengatakan, jika tren tersebut merupakan tantangan yang bisa dijawab dalam prespektif antropologi. Berkaca pada masa lalu, menurutnya Nusantara merupakan suatu bangsa yang dikenal memiliki peradaban yang maju, di mana Indonesia Timur, Pantai Timur dan Utara Jawa memiliki perdagangan yang dikenal dunia.”Ke mana lenyapnya masa kejayaan itu? Simposium ini adalah momen yang tepat menemukan jawaban bagaimana Indonesia bisa mencapai kejayaan lagi dan hal apa yang perlu dipersiapkan,” terangnya
Dalam sambutanbya, Guru Besar dari University of California, Prof. Anna Tsing , mengatakan bahwa kita harus mulai memikirkan ancaman keberagaman dalam konteks Anthropocene. Kita harus bergerak cepat dalam memetakan dan memahami bagaimana intervensi manusia dalam mengubah lanskap maupun ekologi bumi. Intervensi tersebut secara mendasar telah mempengaruhi relasi antar species pada berbagai skala.
Guru Besar Antropologi Universitas Gajah Mada, Prof. Dr. Irwan Abdullah, pun pada kesempatan sama menyatakan pemerintah dan masyarakat saat ini terlalu fokus pada solusi universalis, yang menuntut keseragaman. Tak heran diskriminasi terjadi di segala aspek. Bukan suatu hal aneh ketika sekarang ini terjadi upaya penciptaan nilai-nilai normalitas baru yang berbasis pada sifat diskrimatif dan penyeragaman.
Selain itu Webb Keane, Guru Besar asal Universitas Michigan, mengungkapkan masyarakat Indonesia modern lebih mengedepankan kesamaan kolektif, bangsa. Menurut penulis buku “Ethical Life: Its Natural and Social Histories” ini, secara individu masyarakat Indonesia perlu memiliki kesadaran dan kemampuan menjawab pertanyaan seputar latar belakang dirinya.