Putu Chandra Dewi Kardha merupakan Dosen tetap Departemen Sosiologi yang berhasil menyelesaikan studi doktoral dan mendapat gelar Doktor Sosiologi pada Kamis (20/7) di Auditorium Juwono Sudarsono, FISIP UI dengan judul disertasi “Kekuatan Sosial dalam Proses Pemilihan Pasangan Hidup Beda Agama (Studi Kasus di Wilayah Perkotaan DKI Jakarta Indonesia)”.
Ketua sidang Promosi Doktor, Prof. Drs. Adrianus Eliasta Meliala., M.Si., M.Sc., Ph.D. Selaku promotor Prof. Dr. Paulus Wirutomo, M.Sc dan koromotor Dr. Rosa Diniari, M.S. Dewan Penguji, Prof. (R). Dr. Kustini, M.Si., Dr. Ida Ruwaida, S.Sos, M.Si., Dra. Francisia SSE Seda, M.A., Ph.D., dan Dra. Lugina Setyawati, M.A. Ph.D.
Sebagai negara dengan aneka ragam agama interaksi antar individu yang beda agama di Indonesia lebih mungkin terjadi. Interaksi mulai dari bentuk pertemanan, berpacaran hingga perkawinan. Umumnya orang mengharapkan pemilihan pasangan hidup dan perkawinan satu agama dan menghindari perkawinan beda agama bahkan ditentang atau tidak disetujui.
Seringkali hubungan antar mereka yang beda agama menghasilkan pro dan kontra dan sulit untuk diwujudkan karena dilihat bertentangan dengan nilai-nilai agama. Akibatnya, pasangan beda agama harus menghadapi berbagai rintangan dari lingkungan sekitarnya mulai dari keluarga sebagai lingkungan terdekat hingga negara yang memegang otoritas untuk mensahkan perkawinan.
Karakteristik masyarakat Indonesia yang multi agama memerlukan perekat kokoh antar kelompok yang beda agama pada tingkatan individu, keluarga, maupun di tingkat yang lebih luas untuk dapat mencapai semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Salah satu pintu masuk untuk mencapai hal tersebut dapat melalui pemilihan pasangan hidup beda agama.
Penelitian ini menjelaskan peranan kekuatan sosial pada proses pemilihan pasangan hidup beda agama dengan menggunakan kerangka Struktur-Kultur-Proses dalam menganalisis setiap tahap proses pemilihannya. Studi ini memperkaya kajian proses pemilihan pasangan hidup beda agama berlandaskan kesamaan nilai dan kebutuhan saling melengkapi untuk mencapai asimilasi antar dua kelompok agama yang berbeda. Metode bola salju digunakan untuk melakukan wawancara dengan delapan kasus pasangan pernikahan beda agama di Jakarta.
Hasil studi menunjukkan semua kasus melalui proses pemilihan pasangan hidup beda agama yang Hybrid berdasarkan kesamaan nilai dan kebutuhan saling melengkapi di dalam memilih pasangan. Proses dimulai dari individu saat memilih pasangannya sendiri hingga berhasil menikah beda agama dengan persetujuan keluarga.
Kekuatan sosial berasal dari pihak ketiga yang berperan dominan di setiap tahap pemilihan pasangan hidup. Walaupun ada tekanan kuat dari elemen Kultural dan Struktural untuk tidak mendukung perkawinan beda agama, pernikahan beda agama dapat terjadi karena dominasi elemen Prosesual.
Keberhasilan pernikahan beda agama dalam studi ini menggambarkan terjadinya proses asimilasi serta batas yang semakin sempit antar mereka yang beda agama. Untuk itu perlu didorong elemen Struktural agar negara berposisi netral dan memfasilitasi dengan adil, elemen Kultural agar lebih mengapresiasi perbedaan pandangan nilai dalam pemilihan pasangan hidup dan perkawinan beda agama; serta mempertahankan elemen Prosesual yang sudah berlangsung.