Kemala Maharani Fabrian menunjukan bahwa usia muda bukan halangan untuk meraih banyak prestasi dan pencapaian. Di usianya yang menginjak 19 tahun 2 bulan, ia sudah meraih titel sarjana dan menjadi wisudawati termuda FISIP UI dengan angka Indeks Prestasi Kumulatif di program reguler dan paralel tertinggi tahun ini.
Meski lulus dalam usia belasan tahun, sosok yang akrab dipanggil Lala ini sudah menapaki banyak pengalaman serta prestasi selama menjadi mahasiswa di Departemen Ilmu Komunikasi. Bagi Lala, apabila datang dalam bidang kedewasaan, maka usia hanyalah sekadar bilangan.
Akselerasi
Perjalanannya hingga menjadi wisudawan termuda cukup unik. Ayahnya yang seorang diplomat membuat Lala harus sering berpindah negara ketika masih kecil. Lahir di New York pada 27 November 1996, Lala kemudian pindah beberapa negara sampai akhirnya masa Sekolah Menengah Pertama ia habiskan di India
“Jadi aku tuh pindah-pindah dari kecil, dan negara terakhir yang aku tinggalin adalah India,” kata Lala. “Di India, sistem pendidikannya beda. Karena di India, SMA itu jenjang pendidikan dari kelas 1-10.” Di sana, Lala yang pada saat itu baru saja menginjak kelas 7, harus melalui serangkaian tes penyetaraan agar dapat diterima di kelas 7 di India.
Di akhir kelas 10, Lala dihadapkan pilihan antara melanjutkan studi di India atau SMA di Indonesia. “Akhirnya aku pilih SMA di Indonesia karena ikut dengan orang tua aku yang pulang setahun sebelumnya”. Di Indonesia, serangkaian tes harus Lala jalani agar ia dapat diterima di kelas 12. “Aku harus tes 14 mata pelajaran, termasuk tes olahraga seperti push up sit up,” katanya sambil tertawa. Jadilah di usia 14 tahun, Lala berstatus sebagai siswa kelas 12 di SMAN 66 Jakarta.
Berprestasi
Lala tak hanya lulus dalam usia relatif lebih muda dibandingkan wisudawan lainnya, ia juga menunjukan bahwa dirinya mampu berprestasi.
Padahal, sambil tertawa, mahasiswi yang lulus SMA di umur 15 tahun ini mengaku awalnya dirinya sering merasa malas. “Waktu aku berubah, keadaannya jadi berbuah manis. Aku jadi juara umum di sekolah. Sejak saat itu, aku netapin standar lebih tinggi lagi,” kata Lala.
Perubahan tersebut pun berdampak positif. Segudang prestasi akademik pun dapat ia raih, selain menjadi lulusan terbaik di SMAN 66 Jakarta, Lala juga meraih juara tiga dalam lomba PR Vaganza di Pekan Komunikasi 2015, juara tiga Mahasiswa Berprestasi FISIP UI, sampai menjadi peraih angka IPK tertinggi di program sarjana reguler dan paralel FISIP UI dengan skor 3,88.
Selain prestasi akademik, Lala juga aktif dalam berbagai kegiatan di luar kelas. Ia menjadi salah satu pendiri sebuah organisasi konsultan PR yang dikelola oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi bernama Maven Pro, di sana ia melakukan pitching dengan beberapa klien yang merupakan perusahaan dan lembaga pemerintahan kelas nasional dan internasional. Lala juga pernah menjadi delegasi dalam Asia-Pacific Urban Youth Forum serta Asia-Pacific Urban Youth Forum, serta menjadi moderator dalam beberapa diskusi publik.
Tak hanya prestasi akademis, jenjang karier pun sudah mulai dirasakan oleh Lala sejak dini. “Di semester tiga aku mulai kerja di Fabrian School,” katanya. Di sekolah yang didirikan oleh orang tuanya tersebut, Lala bertugas menjadi Traineeship Nominee Manager dan Public Relations. Ia bertanggung jawab sebagai penerima tamu asing seperti dari Jerman, China, Oman, yang berkunjung sebagai guru tamu di Fabrian School. “Selain itu aku juga bikin crisis management plan, social media plan, dan konten website,” kata Lala.
Masa depan
Prestasi di bidang akademik dan non-akademik Lala di usia muda tak lepas dari kuatnya dukungan orang tua. Dukungan tersebut diperoleh lewat usaha orang tua Lala yang mendidik dengan keras dan disiplin. Meski ia tidak pernah dituntut untuk menjadi juara, orang tua Lala selalu menekankan bahwa pendidikan adalah nomor satu.
Mengenai masa depannya, Lala mengaku ingin bekerja terlebih dahulu. “Aku mau gabung di NGO (Non-Government Organization), aku juga mau bekerja dan belajar banyak juga di corporate,” kata Lala. Meski demikian, Lala masih menyimpani keinginan untuk menjadi seorang fashion designer, profesi yang ia cita-citakan sejak kecil. “Mungkin aku akan lanjut S2 di bidang fashion, entah di Prancis atau Italia,” katanya.
Perempuan yang gemar membaca buku ini berpesan bahwa untuk menjadi yang terbaik harus berani untuk mengeksplorasi kemampuan diri. Baginya, tidak ada salahnya untuk mencoba hal baru selama hal tersebut adalah hal yang positif.
“There is no harm in trying. So,do your best and explore!” ucapnya sambil tersenyum.