Kuliah umum Duta Besar Rusia untuk Indonesia, H.E. Mrs. Lyudmila Vorobieva mengangkat tema “Russian Politics After Decades of Soviet Era and How to Understand Russia-Ukraine Relations from the Past to the Present”. Sebelumnya FISIP menerima kunjungan Dubes Ukraina, hal ini merupakan cerminan bahwa FISIP terbuka untuk berdiskusi dengan siapa saja serta untuk selalu menjadi tempat bertukar pikiran dan pandangan dengan objektif dan transparan
Kuliah umum tersebut yang dilaksanakan oleh Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) pada Selasa (22/11) di Auditorium Mochtar Riady. Kuliah tamu ini juga di menghadirkan Dosen Ilmu Politik sebagai host yakni Dr. Dra. Errie F. Iriani Sophiaan M.Si dan Irwansyah, S.I.P., M.A.
Di awal kuliah, Dubes Rusia mengajak mahasiswa untuk sedikit mengingat hubungan antara Indonesia dengan Rusia yang sudah terjalin sejak lama. Pasalnya saat awal kemerdekaan Indonesia, Rusia (yang saat itu masih Uni Soviet) adalah salah satu negara yang menyambut baik kemerdekaan Indonesia.
Menurutnya, kerjasama dan persahabatan antar kedua negara Indonesia dan Rusia dapat dilihat dari pembangunan infrastruktur fasilitas yang ada di Indonesia seperti stasuion Gelora Bung Karno dan Rumah Sakit Persahabatan.
Vorobieva mengatakan keinginan Rusia dalam hubungan diplomasi yaitu menciptakan hubungan yang setara antar negara. Begitu juga dengan hubungan antara Rusia dan Ukraina memiliki perjalanan sejarah yang sangat panjang. Saat dulu masih menjadi bagian dari Uni Soviet, semua setara dan masyarakat merasa aman. Uni soviet juga merupakan negara yang sangat maju dengan teknologinya.
Dalam pandangan Rusia, kebijakan NATO yang seakan-akan berada semakin dekat dengan perbatasan Rusia justru menciptakan perdebatan baru karena Rusia tidak dalam kondisi bersitegang dengan negara mana pun, sebaliknya Rusia selalu membuka kesempatan untuk menjalin kerjasama dengan negara Eropa.
Dubes Rusia itu mengatakan bahwa Rusia tidak akan pernah menganggu kedaulatan suatu negara apalagi menghancurkan negara tersebut dalam kasus ini Ukraina, Rusia hanya ingin Ukraina menjadi negara yang mandiri dan netral.
Dalam konflik yang terjadi saat ini Rusia selalu membuka kesempatan untuk melakukan diplomasi, negosiasi dan ajakan untuk mencari solusi yang terbaik bagi pihak yang berkonflik. Namun menurutnya, itikad baik Rusia belum dapat ditangkap dengan baik oleh pihak yang berkonflik.
Menurut Vorobieva, Rusia menyadari bahwa konflik ini tidak akan menjadi besar apabila tidak ada pihak yang menunggangi dan mengapresiasi langkah Indonesia untuk menjadi mediator dalam penyelesaian konflik. Dalam konteks presidensi G-20 Rusia sangat mendukung Indonesia agar dapat memimpin KTT ini, mengingat kapasitas dalam kerjasama ekonomi dan diplomatik yang professional dan objektif.
Di akhir acara, Dubes Rusia memberikan pesan bagi sivitas akademika UI dalam hal ini FISIP UI untuk selalu menjadi tempat bertukar pikiran dan pandangan dengan objektif dan transparan. Pihaknya mengapresiasi kegiatan ini agar dapat menjadi sumber pembelajaran tentang politik di Rusia dan Eropa baik dalam konteks masa lalu, masa kini maupun masa depan dan berharap kedepannya kerjasama di bidang pendidikan dapat dilakukan FISIP UI dengan Universitas yang ada di Rusia.