Rabu (26/8/2015), Pusat Kajian Antropologi FISIP UI menyelenggarakan lokakarya dan Science Field Shops (Warung Ilmiah Lapangan) dengan tema “Improving Farmers Agrometeorological Learning: It’s Challenges and Opportunities for Policy Making on Adaptation to Climate Change.” Lokakarya yang bertempat di Auditorium Juwono Sudarsono, Kampus FISIP UI Depok ini memiliki tujuan untuk dapat bersama-sama mencari dan merumuskan strategi kebijakan yang dapat membantu petani secara lebih efektif menanggapi konsekuensi perubahan iklim.
Lokakarya dibuka dengan penayangan video screening “Klub Petani Pengukur Curah Hujan: Belajar Bersama Memahami Iklim yang Berubah” karya Rhino Ariefiansyah (Center for Anthropological Studies FISIP UI). Penjelasan mengenai Establishing Educational Commitmens with Farmers to Cope Better with Climate Change: Their Potentials and Challenges dan Knowledge Transfer and Communication Technologies (KTCTs) for Sharing Innovative Technologies and Practices dipaparkan oleh Prof. Dra. M. A. Yunita Triwardani W, M.S., M.Sc. PhD. dan Kees Stigter.
Sejak 2009 Pusat Kajian Antropologi FISIP UI bekerja sama dengan pakar agrometeorologi dari Agromet Vision (Belanda, Indonesia, dan Afrika) dan staf pengajar/ mahasiswa FISIP UI mendampingi petani belajar agrometeorologi dalam suatu arena pembelajaran bersama antar petani dan antar petani ilmuwan, yakni dalam Science Field Shops (Warung Ilmiah Lapangan). Kegiatan ini dirintis di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi D.I. Yogyakarta (2008—2009), Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat (2009—sekarang), dan Kabupaten Lombok Timur serta Provinsi Nusa Tenggara Barat (2014—sekarang).
Hadir dalam lokakarya ini para petani Kelompok Pengukur Curah Hujan Pandan Wangi yang memaparkan cara kerja mereka dalam mengukur curah hujan. Para petani ini adalah pihak yang aktif menghimpun data tentang kondisi curah hujan dan dampaknya pada tanaman serta ekosistem lahan, dan mengevaluasi pertumbuhan tanaman serta hasil panen. Sedangkan para ilmuwan memosisikan diri sebagai pendamping dan pemberi jasa layanan berupa pengetahuan baru tentang hal-hal yang belum dipahami petani terkait iklim dan berbagai dampaknya, serta skenario curah hujan musiman (setiap awal bulan). Berdasarkan pemahaman tentang kondisi lahannya sendiri dalam setiap situasi perubahan cuaca dari musim ke musim, serta perolehan jasa layanan berupa skenario curah hujan musiman itu, petani mampu melakukan antisipasi dan mengambil keputusan tentang strategi budi daya tanaman yang “jitu” dalam musim tanam yang tengah berlangsung atau yang akan datang.