Pilih Laman

Kemitraan pemerintah-swasta yang mengatur dan menyediakan layanan universal telekomunikasi di pedesaan selalu mendapat tantangan, bahkan mengalami kegagalan. Tomi Oktavianor, mahasiswa doktoral Ilmu Administrasi FISIP UI tertarik mengangkat isu tata kelola pelayanan telekomunikasi di Lebak banten sebagai topik penelitian disertasinya. Dalam disertasinya tersebut, Ia menjelaskan governability dengan perspektif alternatif tata-kelola sebagai implikasi teori aktor-jaringan, yang kemudian memberikan alternatif perbaikan di masa akan datang. Penelitian dilakukan tehadap aktor-aktor yang terlibat dalam layanan telekomunikasi suara dan pesan pendek di desa-desa Lebak Banten Indonesia. Dengan studi asosiasi, strategi follow the actor dan examine inscription dapat mengidentifikasi dan menginvestigasi aktor-aktor terlibat maupun aktor-aktor yang seharusnya terlibat, serta relasi antar mereka.

Hasilnya, penelitian ini  menemukan governability tidak berlangsung terus-menerus, berhenti di tengah jalan dan tidak membawa evolusi layanan universal telekomunikasi kepada mekanisme pasar, disebabkan semua aktor memberi dampak pelemahan governability. Teknologi layanan sebagai aktor, meletakkan governability sebagai rakitan socio-techno. Aktor-aktor saling terikat dari hulu mengalir ke hilir, meletakkan governability sebagai aktor-jaringan hulu-hilir. Kehadiran aktor tengah dalam konteks pemerintahan multilevel, meletakkan governability sebagai aktor-jaringan N-level. Aktor-aktor bergerak dinamis dengan latar kepentingan mereka, meletakkan governability melakukan proses translasi. Dengan perspektif alternatif dan pelajaran praktis governability maka alternatif perbaikan dilakukan dengan rekayasa formasi aktor-aktor dan penguatan regulasi serta inkripsi lainnya. Ke depan, governability dan perspektif alternatif ini dapat dikembangkan kembali dalam studi tata-kelola publik, dan pengembangan solusi praktis pada sektor publik lain.