Pertama kalinya dalam sejarah, pada bulan Oktober 2021, Indonesia akan memegang jabatan Presiden G20. Dengan tema “Recover Together, Recover Stronger,” Indonesia berusaha untuk menekankan semangat pemulihan kolektif negara-negara di dunia. Kuliah umum ini akan membahas mengenai bagaimana Presidensi Indonesia dalam G20 dapat mewujudkan pemulihan ekonomi global yang adil, inklusif dan berkelanjutan.
Departemen Hubungan Internasional FISIP UI mengadakan STUDIUM GENERALE: Arti Penting Presidensi G20 Indonesia dalam Mewujudkan Pemulihan Ekonomi Global yang Adil, Inklusif, dan Berkelanjutan pada Kamis (09/10). Sebagai pembicara Dr. Edi Prio Pambudi (Plt. Deputi Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional).
G20 adalah forum koordinasi kebijakan yang lahir sebagai respons terhadap krisis ekonomi tahun 1998-1999 yang merepresentasikan 85% GDP dunia , 75% perdagangan dunia, 80% investasi global dan 2/3 populasi penduduk dunia. Indonesia menjadi bagian dari forum ini, sejak awal dibentuk karena negara G7 melihat bahwa upaya penyelesaian krisis ekonomi dunia tidak akan efektif tanpa melibatkan negara-negara ekonomi berkembang yang terdampak oleh krisis tersebut.
Pada tahun 2008, sebagai negara yang relative survive dari krisis ekonomi global untuk pertama kalinya Indonesia diundang pada KTT G20 di Washington DC. Pada tahun ini pula G20 tidak hanya terbatas pada ekomoni keuangan tapi mencakup ekonomi keuangan seperti ketenagakerjaan, perdagangan, investasi, perhatian pada lingkungan dan isu penting lainnya.
“Menjadi presidensi G20 adalah kehormatan sekaligus harapan pemerintah Indonesia untuk turut andil merumuskan strategi secara bersama-sama bagi seluruh negara di dunia,” ujar Prio.
“Presidensi tahun depan menjadi momentum untuk meningkatkan diplomasi ekonomi melalui upaya menciptakan arsitektur ekonomi global pasca krisis dengan beberapa karakteristik kunci seperti membangun kekuatan dan persiapan agar dunia lebih tahan terhadap krisis kedepannya dengan memperkuat struktur ekonomi yang berorientasi langsung kepada kesejahteraan rakyat, memastikan keseimbangan ekonomi yang adaptif, transformatif dan berlekanjutan dengan dinamika global, serta inklusif dan berimbang serta sisi keterwakilan.”
Acara ini memiliki dua arti penting, yang pertama menjadi media sosialisasi dan peluang aspirasi presidensi G20 Indonesia terhadap dunia, yang kedua menjadi masukan bagi pemerintah untuk memaksimalkan manfaat presidensi G20 Indonesia.
Tema besar presidensi G20 Indonesia tahun 2022 yaitu pemulihan yang kuat adalah pemulihan yang inklusif dan ekonomi yang kuat adalah ekonomi yang transformatif. Pilar prioritas Presidensi Indonesia diarahkan untuk menopang pemulihan ekonomi yang inklusif dan lebih kuat.
Indonesia juga mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif yang memperhatikan hak-hak pekerja termasuk penyandang disabilitas, keterwakilan perempuan dan pemuda serta UMKM dengan optimalisasi transformasi digital, hal tersebut menjadi salah satu letak perbedaan dan kunci antara presidency Indonesia dengan presidency sebelumnya. Indonesia menjadi negara ekonomi berkembang pertama yang akan mengambil alih kepemimpinan G20 dari negara maju.
“Kita harus memanfaatkan momentum ini untuk mulai mendorong standart global yang mengacu pada kepentingan dan kapasitas negara ekonomi berkembang. Atas arahan presiden, pilar prioritas presidency Indonesia diarahkan untuk menopang pemulihan ekonomi yang inklusif dan lebih kuat. Selain itu presidency Indonesia juga diharapkan dapat menjadi sarana untuk mempererat kolaborasi tidak hanya antar negara namun juga antara pemerintah dan sektor private terhadap kemitraan yang menguntungkan secara nasional dan menjajaki berbagai bisnis kolaborasi.” Jelas Prio.