Guru Besar Sosilogi FISIP UI bertambah, Prof. Dra. Francisia Saveria Sika Ery Seda, M.A., Ph.D resmi menjadi Guru Besar setelah di kukuhkan oleh Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D, Rektor Universitas Indonesia di Balai Sidang UI pada Rabu (6/12).
Prof. Ery Seda menjadi Guru Besar ke- dari Departement Sosilogi FISIP UI. “Kemiskinan, Eksklusi Sosial, dan Social Well-Being Perspektif Studi Pembangunan” merupakan judul pidato pada saat pengukuhannya.
Dalam pidatonya, Prof. Ery Seda mengatakan pidato ini membahas keterkaitan antara Kemiskinan, Eksklusi Sosial dan Social Well-being di dalam kajian analisa Perspektif Studi Pembangunan. Dalam hal ini membahas secara konseptual Kemiskinan, Eksklusi Sosial dan Social Well-being dengan dilengkapi hasil beragam penelitian yang relevan dan sudah diterbitkan di beberapa jurnal ilmiah internasional.
Sesudah itu penjelasan mengenai Perspektif Studi Pembangunan khususnya Perspektif Pembangunan Alternatif dengan penekanan pada dinamika Relasi Triangulasi Negara Pasar Masyarakat.
“Bahwa keterkaitan antara Kemiskinan, Eksklusi Sosial, dan Social Well-being cukup beragam dan kompleks. Semakin Pemerintahmemiliki kebijakan sosial inklusif, eksklusi sosial khususnya yang berdimensi vertikal (termasuk kemiskinan) cenderung semakin rendah, dan pada gilirannya, meningkatkan inklusi sosialsebagai bagian dari kualitas kehidupan dan indikasi meningkatnya Social Well-being,” ujar Prof. Ery.
Lebih lanjut Prof. Ery mengatakan bahwa keterkaitan ini di dalam Perspektif Studi Pembangunan khususnya Relasi Triangulasi antara Negara Pasar Masyarakat menunjukkan bahwa Social Well-beingpada level Personal Well-being, Relational Well-being, dan Societal Well-being, dipengaruhi oleh kebijakan sosial Negara (aparat Pemerintah lokal, nasional, dan regional)yang perlu bersifat inklusif, program program Corporate Social Responsibility Pasar (pelaku usaha khususnya korporasi nasional maupun trans nasional) dan masyarakat (kelompok sosial dan komunitaslokal, CSO/Civil Society Organization, beragam yayasan nirlaba, organisasi sukarela, dan lain sebagainya)yang mempunyai kemampuan untuk memberdayakan diri dan mampu lebih mandiri.
Ia menekankan, “sehingga negara dalam hal ini aparat penyelenggara pemerintah bukanlah satu satunya pihak yang bisa memberikan solusi atau jalan keluar bagi permasalahan sosial seperti kemiskinan dan eksklusi sosial yang terdapat di dalam masyarakat dengan beragam.gradasinya.”
Pihak Pasar juga bisa memberikan kontribusi terhadap solusi pada masalah sosial ini melalui beragam program CSR yang ada dan mungkin perlu dipertimbangkan menjadikan komunitas lokal dan para pemangku kepentingan lainnya menjadi bukan hanya stakeholder, tetapi juga sebagai share holder perusahaan. Diperlukan perubahan di dalam paradigma cara berpikir untuk merubah posisi dan peran para pemangku kepentingan dari stake holder menjadi shareholder.
Di pihak lain, Masyarakat yang terdiri dari beragam komunitas, kelompok, dan organisasi, dengan peningkatan kemandirian dan pemberdayaan diri di dalam konteks proses desentralisasi khususnya otonomi daerah akan dapat semakin mempunyai kapasitas, kapabilitas, dan kolaborasi untuk mendapatkan solusi yang efektif di dalam menghadapi berbagai persoalan kemiskinan dan eksklusi sosial yang dihadapisekarang ini dan bukan sebatas sebagai obyek penerima bantuan dan pemberdayaan diri dari pihak Negara dan Pasar.
Pendekatan Pembangunan Alternatif sangat menekankan pada kesejahteraan sosial sebagai tujuan utama dan pentingnya peran komunitas sebagai penggerak utama dari proses pembangunan.
Perspektif Studi Pembangunan khususnya Perspektif Pembangunan Alternatif di dalam konteks Relasi Triangulasi Negara Pasar Masyarakat ini bukan hanya bisa membantu lebih memahami dan mendapatkan solusi bersama yang nyata, tetapi juga suatu keberpihakan pada masyarakat termasuk komunitas, tetapi khususnya, kelompok kelompok rentan yang marginal dan dieksklusikan.
“Semoga Perspektif Studi Pembangunan ini dapat berkontribusi pada kajian dan pemberian solusi yang nyata terhadap permasalahan sosial Kemiskinan dan Eksklusi Sosial sehingga bisa turut meningkatkan kondisi Social Well-being di dalam Masyarakat khususnya, Masyarakat Indonesia,” ujarnya.
Pada akhir pidatonya, Prof. Ery menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan berperan penting dalam kariernya dan membantu pelaksanaan pengukuhan yang berlangsung lancar dan khidmat.
Prosesi Upacara Pengukuhan Guru Besar ini juga dihadiri oleh Ketua Dewan Guru Universitas Indonesia, Sekertaris Dewan Guru Besar Universitas Indonesia, Dekan FISIP Universitas Indonesia, para tamu Guru Besar, para pimpinan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik