Secara global, koperasi terbukti sebagai salah satu organisasi yang relatif tahan terhadap krisis. Dalam The Co-op Economy Report 2020 juga dilaporkan bahwa start-up berbentuk koperasi memiliki survival rate sebesar 80%. Model ekonomi koperasi juga terbukti mampu menghadapi tantangan globalisasi dan berperan penting dalam pembangunan ekonomi di banyak negara karena dapat mengurangi kemiskinan dan permasalahan kesenjangan ekonomi
Emy Nurmayanti mengangkat disertasinya yang berjudul “Peran Srategic Agency Terhadap Kemampuan Koperasi Menghadapi Krisis Pandemi: Studi Kasus Terhadap Koperasi Syariah” untuk mendapatkan gelar Doktor Sosiologi. Ia telah melaksanakan promosi doktor yang menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar doktor di FISIP Universitas Indonesia, pada Selasa (01/06) di Auditorium Juwono Sudarsono.
Penelitian dalam disertasi ini bertujuan untuk menjelaskan tentang peran dari strategic agency dalam mempengaruhi kemampuan koperasi menghadapi krisis saat pandemi melanda Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oh Emy dengan melakukan studi kasus pada salah satu koperasi jasa keuangan syariah yaitu Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMI yang dianggap penulis berhasil melewati krisis pandemi dan dapat dijadikan sebagai contoh baik untuk dapat diterapkan di koperasi lain.
Emy menjelaskan hasil penelitian pada disertasi ini bahwa agency memiliki peran yang sangat penting dalam pengelolaan koperasi sehingga koperasi mampu bertahan saat krisis pandemi. “Agency dalam koperasi BMI dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan koperasi. Beberapa bentuk agency tersebut yaitu democratic agency, managerial agency, economic agency, embedded agency, dan reflexive agency,” ujarnya.
“Dalam konteks koperasi, konsep strategic agency tidak dapat dilepaskan dari konsep modal sosial dimana keberhasilan aktor dalam mengimplementasi pilihan-pilihan kebijakan strategisnya sangat dipengaruhi oleh adanya modal sosial dalam hal ini rasa saling percaya (trust) dan jaringan komunitas (network) yang terbentuk di antara anggota,” jelas Emy.
Lebih lanjut Emy menjelaskan hubungan-hubungan sosiologis seperti ikatan common bond juga merupakan salah satu modal sosial yang menjadi kekuatan koperasi yang akan menimbulkan rasa solidaritas untuk saling membantu antar anggota terutama ketika berada dalam situasi krisis. “Sebaliknya, kemampuan dari pengurus (strategic agency) dalam mentransmisikan nilai koperasi dapat mendorong terbentuknya modal sosial dalam koperasi.”
Di sisi lain Emy menjelaskan, konsep strategic agency dan institutional entrepreneurship merupakan dua konsep yang saling melengkapi dalam perubahan institusi. Institutional entrepreneurship bertindak sebagai mekanisme operasional yang menjembatani antara strategic agency dan perubahan yang nyata dan berkelanjutan dalam institusi. Sementara itu, modal sosial berperan penting dalam memfasilitasi koordinasi dan kerja sama di antara semua pelaku dalam suatu institusi.
“Jaringan sosial yang kuat menciptakan lingkungan bagi para institutional entrepreneur agar lebih mudah memobilisasi dukungan dan sumber daya, legitimasi, serta informasi yang diperlukan untuk melakukan perubahan kelembagaan,” jelas Emy.
Penelitian ini memberikan rekomendasi terkait kebijakan pemerintah terkait koperasi yang sebaiknya membangun sisi manusia dan pembentukan modal sosial agar koperasi dapat berhasil.
