Pembangunan Sosiental menekankan bahwa membangun kualitas kehidupan sosial budaya atau good society untuk mencapai ultimate goal yang berupa kualitas kehidupan sosial budaya, pembangunan harus mencakup seluruh satuan masyarakat secara sistemik dan holistik. Hal ini akan tercermin dari kondisi elemen struktural, kultural, dan prosesual,” demikian yang ditekankan Prof. Paulus dalam bukunya yang berjudul “Imajinasi Sosiologi: Pembangunan Sosietal” yang diluncurkan pada Selasa (02/08) di Auditorium Juwono Sudarsono.
Perdebatan tentang pembangunan masih terus berlangsung hingga sekarang, mulai dari pembangunan berorientasi pertumbuhan ekonomi, pemerataan, pembangunan manusia sampai good society. Sementara itu, pembangunan masih terlalu sektoral dan kurang sistemik-holistik. Berpijak dari keprihatinan atas kondisi yang ada, Prof. Paulus menuangkan pemikiran sekaligus refleksinya atas pembangunan melalui bukunya, “perspektif Sosiologi tidak boleh mempersempit fakta yang ada dan harus holistic.”
Prof. Paulus percaya bahwa pembangunan sosietal akan menggeser kecenderungan pembangunan yang bersifat “antroposentrisme” (mengutamakan kepentingan spesies manusia) menuju pembangunan yang lebih seimbang secara sistemik dan inklusif ke dalam perspektif sosietal-ekologis.
Konsekuensinya, pembangunan tidak boleh hanya dinilai melalui indikator sektoral, tetapi harus menggunakan indikator yang lebih bersifat sosiologis, yaitu: (1) kondisi struktural yang mencerminkan kondisi dari penataan hubungan kekuasaan seperti kebijakan pembangunan, regulasi dsb; (2) kondisi kultural yakni sistem nilai, norma, kepercayaan, gaya hidup, cara berpikir masyarakat, serta (3) aspek prosesual yaitu dinamika interaksi sosial yang memberikan kemampuan manusia untuk menyatakan aspirasi, bernegosiasi terhadap kekuatan struktural dan kultural yang mendominasi.
Senada dengan yang disampaikan Prof. Paulus, Prof. Iwan Gardono yang juga Guru Besar Sosiologi mengatakan, bahwa tujuan pembangunan itu bukan sekadar membangun prasarana dan sarana, melainkan membangun masyarakat, yang bakal memakai dan memaknai hasilnya. “Buku ini dengan mudah dan jelas membawakan konsep ilmu sosial yang berbobot ini ke pembaca umum dan luas. Hubungan struktur masyarakat dengan budaya dan dinamika tata olah pembentukan “budaya terstruktur” serta “struktur terbudaya” merupakan buah pikir panjang dan mendalam dari Prof. Pauls selama puluhan tahun bergelut dalam pembangunan masyarakat,” ujar Prof. Iwan.
Dalam acara tersebut Dekan FISIP UI, Prof. Dr. Semiarto Aji Purwanto mengatakan, “Prof. Paulus membidik berbagai persoalan yang timbul karena ekses dari pembangunan berencana dan diperlukan suatu sosiologi yang lepas dari batasan-batasan tertentu, imajinasi untuk memaknai masyarakat yang ideal. Melalui buku ini kita belajar secara konseptual, untuk menempatkan ilmu sosiologi kembali ke subject method nya yang utama yaitu masyarakat. Selanjutnya yang saya ingat dari buku ini yaitu hilangkan ego sectoral dari pembangunan dan seringkali terjebak di sektor-sektor tertentu.”
Buku ini menawarkan model pembangunan sosietal untuk dipelajari, dikritisi atau digunakan oleh para ilmuwan sosial, praktisi pembuat kebijakan maupun para profesional yang memiliki ketertarikan terhadap pembangunan.
“Harapannya sosiologi harus mencerahkan bukan merumitkan masalah, kreatif, imajinatif dan sosiologi juga harus berorientasi pada pemecahan masalah,” ungkap Prof. Paulus.
Dalam rangka menyambut kehadiran buku ini, Departemen Sosiologi UI didukung oleh LabSosio dan Unit Riset FISIP UI, akan menyelenggarakan acara “Peluncuran sekaligus Bedah Buku”. Harapannya buku yang ditulis Paulus Wirutomo ini, akan lebih luas dikenal tidak hanya oleh kalangan masyarakat akademis, tetapi juga pemerhati, serta praktisi pembangunan baik dari kalangan pemerintahan maupun non-pemerintah.