Acara Seminar Budaya Nusantara diselenggarakan atas kerja sama Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSKN), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI dan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UI pada Kamis (6/10). Acara Seminar Budaya Nusantara tersebut bertujuan mengangkat nilai-nilai luhur dari Keraton-keraton di bumi Nusantara, mengambil tema “Tri Tangtu di Buana”, sebuah falsafah dari Kerajaan Sunda-Galuh, Ciamis Jawa Barat.
Seminar Budaya Nusantara ini dihadiri pula oleh Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid, Dekan FISIP UI Prof. Dr. Semiarto Aji Purwanto, Dekan FIB UI Bondan Kanumoyoso serta menampilkan beberapa narasumber dari FIB UI dan FISIP UI.
Dekan FISIP UI memberikan sambutannya, ia mengatakan bahwa budaya menjadi satu langkah untuk tradisi atau kebuayaan baru yang lebih dinamis. Budaya bisa digunakan sebagai inspirasi mulai dari kesenian, perilaku kita sehari-hari sampai perarturan.
Prof. Semiarto menegaskan bahwa keraton-keraton di Indonesia merupakan benteng dari kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia karena kebudayaan juga sebagai aset dari bagian perkembangan diri dan perkembangan identitas, niscaya masyarakat Indonesia akan menjadi manusia-manusia baru dengan sistem ideologi, kemampuan orientasi kebudayaan yang baru terhadap tradisi di Indonesia yang selama ini berkembang, kemudian hal tersebut yang mampu membedakan manusia Indonesia dengan manusia-manusia dari negara lain.
Dalam seminar tersebut Prof. Semiarto mengatakan bahwa FISIP menempatkan diri sebagai partner untuk bersama-sama mengembangkan budaya dan tradisi dalam praktik-praktik kenegaraan dan sosial.
Acara Seminar Budaya Nusantara tersebut bertujuan mengangkat nilai-nilai luhur dari Keraton-keraton di bumi Nusantara, yang pada kesempatan ini mengambil tema: “Tri Tangtu di Buana” sebuah falsafah dari Kerajaan Sunda-Galuh, Ciamis Jawa Barat. Falsafan tersebut juga dikatakan Jenderal Try sebagai nilai-nilai luhur yang berhasil diramu dan dirumuskan menjadi Pancasila.
Jenderal TNI (Purn.) Try Sutrisno yang juga di dampingi oleh Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, Dr. Drs. Karjono, S.H., M.Hum dalam sambutannya menyampaikan bahwa Pancasila digali dari akar budaya yang jadi falsafah-falsafah lokal yang ada di bumi nusantara”, ucapnya.
“Tri Tang Tu Di Buana” sendiri merupakan falsafah budaya Sunda-Galuh dalam mengelola hubungan antar manusia dengan alam semesta dan Sang Pencipta, yang terbagi menjadi tiga kontekstual fungsi yaitu Rama (legislatif), Ratu (eksekutif) dan Resi (yudikatif).
“Falsafah ini terkenal sebagai 3 lembaga yang mengatur dalam menjalankan pemerintahan di kerajaan Galuh. Ini hebat, yang kita kenal dengan Trias Politica, ternyata nenek moyang kita sudah membuat ini sejak dahulu dan kita patut bangga dan bersyukur bahwa di zaman modern ini, sesungguhnya telah ada dan diterapkan oleh nenek moyang kita dengan memahami Tri Tangtu Di Buana sebagai falsafah lokal,” jelasnya.
Diharapkan dengan terselenggaranya acara Seminar Budaya Nusantara ini dapat lebih membangun wawasan budaya bangsa, terutama generasi muda penerus bangsa, agar tidak terputus dari mata rantai perjalanan emas sejarah leluhur pendiri bangsa.
Disunting dari: https://bpip.go.id/berita/1035/1455/wakil-ketua-dewan-pengarah-bpip-buka-seminar-budaya–tri-tangtu-di-buana.html