Journalight adalah mata acara dari Pekan Komunikasi UI yang diselenggarakan oleh peminatan Jurnalisme. Mata acara Journalight terdiri dari lomba, seminar, workshop, dan company visit. Tahun ini, Journalight membawakan judul “Stream on Edge: Finding the Alternatives in Times of Uncertainty”. Menghadirkan pembicara M. Taufiqqurahman (Edior in Chief The Jakarta Post).
“Ketika pertama kali The Jakarta Post mulai melakukan investasi di online journalism sepuluh tahun lalu kami sangat optimis ternyata the future of media itu ada di internet jika kita bisa melakukan transisi digital dan mempresentasikan produk kita melalui internet akan berhasil seperti buzzfeed, vice dan lain sebagainya tetapi kenyataannya berbeda saat ini” ujar Taufiqqurahman.
Taufiqqurahman menjelaskan, misalnya seperti saat ini banyak media news yang mengharuskan pelanggannya membayar untuk bisa mengakses berita secara utuh dan mendalam tetapi banyak orang Indonesia yang sudah terbiasa membaca secara gratis maka sedikit sekali yang mau membayar untuk konten berita tersebut.
Ia juga menekankan, ketika memindahkan konten ke online, maka dihadapkan dengan ekosistem yang sangat besar yang diluar control kita seperti search engine, social media dan kekuatan sistemik yang tidak bisa dipecahkan artinya kita bisa bikin konten tetapi delivery nya di control oleh orang lain yang punya infrastruktur yang massive yang mengendalikan semua akses orang di dunia ke internet.
“Awal bulan Maret 2020 ketika Covid-19 masuk ke Indonesia, terjadi ledakan traffic yang besar di website The Jakarta Post karena banyak orang mencari tau tentang informasi seputar Covid-19 tetapi itu hanya bertahan sebentar sekitar sebulan saja” jelas Taufiqqurahman.
The Jakarta Post sudah melakukan revenue stream. Strategi untuk meraih market secara online The Jakarta Post melakukan dari hulu ke hilir artinya memperbaiki sistem delivery agar konsumen dapat menerima berita dengan mudah, memproduksi konten-konten yang bagus yang menarik orang-orang untuk membaca. Saat ini fokus The Jakarta Post membuat berita yang bentuknya cerita bukan lagi news tapi feature, opini dan indepth.