Pekan Komunikasi UI sudah diadakan sejak tahun 2007, merupakan ajang yang mempertemukan mahasiswa dan mahasiswi terbaik se-Indonesia untuk memecahkan fenomena yang ada dengan pendekatan ilmu komunikasi yang rutin diselenggarakan oleh jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia.
Bukan hanya sebuah kompetisi, Pekan Komunikasi UI juga merupakan sebuah tempat berkumpulnya bagi semua orang yang berniat untuk belajar mengenai ilmu komunikasi. Pelajar, mahasiswa, masyarakat umum, ataupun praktisi lintas jurusan, semua dapat berpartisipasi dalam rangkaian acara Pekan Komunikasi UI.
Visi dari Pekan Komunikasi UI tidak hanya sekadar untuk menjadi kompetisi ilmu komunikasi terbaik di Indonesia, tetapi juga untuk memberikan kontribusi kepada seluruh pihak yang terkait, termasuk masyarakat secara umum.
Berangkat dari keresahan akan pandemi dan berbagai kejadian yang terjadi belakangan ini, Pekan Komunikasi UI hadir dengan tema besar “Adaptation in the Uncertainty Era”. Tema ini diangkat untuk memberikan pengetahuan dan meningkatkan kesadaran mengenai cara beradaptasi di era pandemi yang membawa implikasi terhadap sendi-sendi kehidupan, melalui optimalisasi penggunaan teknologi di era hyper-connected society (keterhubungan antar masyarakat).
Penggunaan teknologi ini diyakini dapat menjadi celah untuk tetap bertahan di era ketidakpastian yang disebabkan oleh pandemi dan menjawab kebutuhan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Tahun ini, Pekan Komunikasi UI mengangkat tagline “See the Unseen” untuk mendorong semangat berpikir kreatif dan melihat peluang dalam pengoptimalan teknologi digital agar dapat beradaptasi di era pandemi.
Pada tahun 2021, Pekan Komunikasi UI di mulai dengan Opening Ceremony sekaligus seminar pada Senin (05/04) yang disiarkan langsung melalui Zoom dan streaming melalui detik.com, menghadirkan pembicara Reza Juniarshah sebagai Corporate Communication Director di Traveloka dan Alumni Ilmu Komunikasi, Whisnutama Kusubandio sebagai Komisari Utama Telkomsel dan Thor Kerr sebagai Senior Lecture School of Media, Creative Arts and Social Inquiry, Faculty of Humanities Curtin University. Serta sebagai moderator Whisnu Triwibowo, Dosen Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI.
Dekan FISIP UI, Dr. Arie Setiabudi Soesilo, M.Sc membuka secara resmi Pekan Komunikasi UI 2021 pada acara Opening Ceremony. Dalam sambutannya, Dekan FISIP UI, Arie Setiabudi menjelaskan “bahwa Pekan Komunikasi UI dari tahun ke tahun memperlihatkan wujud dari communication in action karena berbagai kegiatan dilaksanakan seperti seminar, workshop, lomba dan company visit. Kegiatan ini menjadi salah satu agenda dan menjadi hal yang bermanfaat untuk bisa sharing khususnya bagi para dosen, praktisi, mahasiswa-mahasiswi dibidang ilmu komunikasi di seluruh Indonesia”.
Pada seminar hari pertama mengangkat topik Communication Strategy: Seize the Opportunity in the Uncertainty Era. Berbicara mengenai aspek komunikasi yang akan melihat bagaimana strategi komunikasi dapat merebut peluang di era ketidakpastian seperti saat pandemi ini.
“Salah satu faktor penyebaran Covid-19 yaitu mobilitas dan traveling. Ketika itu terjadi yang sangat jelas terdampak adalah industri pariwisata. Selama pandemi terdapat perubahan pola kebutuhan dan perilaku masyarakat dalam menentukan aktivitas berwisata. Traveloka melakukan studi melibatkan beberapa ribu pengguna dan menghasilkan tiga kesimpulan yaitu penerapan protokol kesehatan yang terjaga, fleksibilitas pemesanan dan promosi harga yang selalu dicari customers. Dari hal tersebut lahirlah inovasi-inovasi baru Traveloka dan strategi untuk tetap bisa melayani para customers pada saat pandemi, seperti Clean Partners merupakan komitmen dari partners Traveloka untuk mematuhi protokol kesehatan, Order Now and Delivery untuk mengaja social distancing, serta Traveloka Live Stream untuk menawarkan program seru dan promosi dari aplikasi dan media sosial Traveloka,” jelas Reza Juniarshah.
Di sisi lain, Thor Kerr menjelaskan mengenai jaringan kabel telegram untuk bisa berkomunikasi antar negara “diakhir tahun 2018, kabel sepanjang 4.600 KM beroperasi dengan kapasitas 60 terabyte persecond untuk menghubungkan Australia, Indonesia dan Singapore. Jaringan kabel pertama Australia-Indonesia, selesai pada tahun 1871 ketika kabel bawah laut di bentangkan dari Darwin ke Banyuwangi. Lalu pada tahun 1889 untuk membangun kecepatan komunikasi yang tinggi kabel sepanjang 1650 KM diletakan dari Banyuwangi ke Broome. Kabel yang sudah terpasang sejak dulu itu merupakan jaringan komunikasi untuk masa depan, seperti yang kita nikmati saat ini.”
Whisnutama berbicara tentang kedulatan digital saat ini, “banyak berbagai macam start up atau platform digital tumbuh besar saat ini. Pentingnya mewujudkan kedaulatan digital untuk menciptakan peluang dan potensi para pelaku jasa dan produk-produk lokal Indonesia dapat berkopetensi di era digital seperti saat ini bahkan menjadi juaranya di negeri sendiri. Dengan adanya upaya mewujudkan kedaulatan digital ini, Indonesia mempunyai peluang dan potensi yang lebih baik kedepannya. Kedaulatan tidak hanya soal perbatasan wilayah antar negara tetapi juga di platform digital karena jangan sampai perluasan jaringan internet yang diperuntungkan bukan untuk Indonesia tetapi justru platform atau start up bangsa asing, dan Indonesia hanya menjadi market. Bangsa kita harus bisa menciptakan peluang agar menjadi pemenangnya di era digital ini. Semakin kita tau sesuatu akan market maka akan mudah menguasainya.”
Adapun kegiatan pada Pekan Komunikasi UI 2021 ini di mulai dengan Opening Ceremony dan seminar pada Senin (05/04). Selasa (06/04) sampai Rabu (07/04) Lomba dan Workshop. Kamis (08/04) sampai Jumat (09/04) Workshop UMKM dan Closing Ceremony, Awarding Night.
Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2020 mengambil tema “Lindungi Anak dan Remaja dari Manipulasi Industri Rokok” yang disesuaikan dengan tema global yang ditetapkan WHO, yaitu “Protecting youth from industry manipulation and preventing them from tobacco and nicotine use”. Melihat hal ini, anak dan remaja adalah pusat kampanye Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) 2020, yaitu untuk menyuarakan perlindungan anak dan remaja dari industri rokok dan produknya.
Karena itu, kampanye HTTS 2020 hendaknya juga menempatkan anak dan remaja sebagai subjek, ikut bersuara dalam menolak manipulasi industri rokok yang selama ini menarget mereka. Melalui Podcast ini pada Kamis (11/6), salah satu narasumber Podcast “PodTalk & Clinic” adalah Dr. Nina Mutmainnah, M.Si. (Dosen dan Ketua Departemen Komunikasi UI/Komnas Pengendalian Tembakau) memberikan penjelasannya mengenai anak muda dan rokok.
Indonesia menjadi taman bermain dalam industry tembakau. Hal ini terjadi karena Indonesia ramah pada industry tembakau, dilihat dari jumlah perokok yang berlimpah dan pemasaran produk tembakau yang amat bebas. Regulasi Indonesia mengenai iklan, promosi dan sponsor sangan longgar berbeda dengan negara lain.
“Menurut data, dalam satu decade terkahir terjadi peningkatan jumlah perokok pemula hingga 240% yakni 9.6% pada tahun 2007 menjadi 23.1% pada tahun 2018, hal ini terjadi pada anak usia 10-14 tahun. Pada kelompok 15-19 tahun kenaikannya mencapai 140%. Data menurut Komnas Pengendalian Tembakau tahun 2019, 2 dari 5 anak Indonesia, umur 10-15 tahun merokok sebanyak 13 batang/hari atau 4.745 batang/tahun. Ini menjadikan Indonesia negara dengan jumlah perokok terbanyak ketiga diseluruh dunia,” jelas Nina.
Nina juga menjelaskan, iklan, promosi sponsor rokok ditujukan pada anak dan remaja, mereka dijadikan konsumen setia untuk membuat bisnis industry rokok terus dapat berjalan. Banyak riset menyimpulkan hubungan kausalitas antara iklan, promosi dan sponsorhip rokok pada berbagai media dengan perilaku merokok pada kaum muda. Hasil laporan monitoring iklan terhadap sekolah, terdapat lebih dari 30 merek rokok yang beriklan dan berpromosi disekitar sekolah melalui spanduk dll.
Perusahaan rokok melakukan kebijakan “tanam budi” melalui sponsor acara-acara anak muda (musik, film dll), mengadakan beasiswa, melalukan kegiatan untuk lingkungan hidup, tujuannya ini untuk membentuk image positif tentang rokok. Menurut US Surgeon General Report tahun 2010, rokok bersifat adiktif karena mengandung nikotin, bahan kimia yang diantaranya bersifat karsinogenik.
Presentasi
laporan UNESCO bertema Setting the Gender Agenda for Communication Policy and Gender,
Media and ICTs diadakan pada hari Rabu (30/10) di Auditorium
Komunikasi FISIP UI. Kegiatan ini kelanjutan dari Teaching Gender in Journalism and Media Studies yang diselenggarakan
pada hari Senin (28/10) dan Selasa (29/10) di Hotel Margo, Depok.
Di bawah naungan
Global Alliance on Media and Gender
(GAMAC) laporan tersebut menunjukkan pentingnya perjuangan yang lebih masif
untuk kesetaraan gender, hak asasi perempuan, serta untuk pencapaian
pembangunan yang berkelanjutan.
“Pentingnya kesetaraan gender. Lanskap
media global telah berevolusi secara dramatis dalam lebih dari dua puluh tahun
sejak Konferensi Dunia PBB ke-4 tentang perempuan diadakan di Beijing pada
tahun 1995, ketika media diakui sebagai hal yang penting untuk kemajuan
perempuan dan pencapaian kesetaraan antara perempuan dan laki-laki” ujar Ming Kuok Lim selaku Advisor for Communication and Information for UNESCO Office.
Ming Kuok Lim memperkenalkan sekaligus
menjelaskan buku yang telah dibuat dan diterbitkan oleh UNESCO, buku yang
pertama berjudul Setting The Gender
Agenda For Communication Policy: new
proposals from the Global Alliance on Media and Gender. Dibagi dalam 4
bagian.
Publikasi ini menunjukkan pentingnya
sentralitas komunikasi dalam perjuangan yang lebih luas untuk kesetaraan gender
dan hak asasi perempuan, serta untuk pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
Isu-isu seperti kesetaraan gender dalam posisi pengambilan keputusan media,
kebijakan peraturan, jender dan kebebasan berekspresi dan hak-hak pekerja media
perempuan dinilai bersama dengan opsi penulis untuk masa depan.
Buku yang kedua berjudul Gender, Media & Icts: New Approaches For
Research, Education & Training. Di latarbelakangi oleh dukungan UNESCO
untuk pendidikan jurnalisme didukung oleh keyakinan kuat, bahwa standar
jurnalistik profesional sangat penting untuk mengeluarkan potensi sistem media
untuk mendorong demokrasi, dialog, pembangunan berkelanjutan dan kesetaraan
gender.
Acara diakhiri
dengan peluncuran buku berjudul Transnational Othering – Global Diversities, Media Extremism and
Free Expression (Anthology, Nordicom) yang merupakan kumpulan
tulisan jurnalis dan akademisi dari berbagai negara. Buku antologi ini membahas
masalah-masalah kompleks dan saling terkait, seperti kebangkitan ekstremisme
dan terorisme, keanekaragaman dan hak-hak minoritas, serta situasi kebebasan
berekspresi di delapan negara yang berbeda.
Salah satu
tulisan dalam antologi itu adalah karya Ade Armando dari Universitas Indonesia.
Tulisan berjudul Indonesia, When Civil Society, Government and Islamist Collide”
menggambarkan situasi kebebasan berpendapat menjelang Pemilu 2018. Buku
antologi ini merupakan buah dari pertemuan jurnalis dan akademisi pada Global
Inter Media Dialogue (GIMD) 2017 yang diselenggarakan di FISIP UI, Depok.
Menariknya kebanyakan dari negara tersebut adalah negara dengan populasi mayoritas Muslim seperti Turki, Pakistan, Bangladesh, Tunisia, Afghanistan dan Indonesia. Salah satu tulisan dalam antologi itu dari Indonesia yang berjudul “Indonesia, when civil society government and Islamist collide” menggambarkan bagaimana situasi dan kebebasan berpendapat di masa-masa menjelang pemilu di Indonesia pada 2018.
Hubungi Kami
Kampus UI Depok Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia
Jl. Prof. Dr. Selo Soemardjan, Depok, Jawa Barat 16424 Indonesia
E-mail: fisip@ui.ac.id
Tel.: (+62-21) 7270 006
Fax.: (+62-21) 7872 820
Kampus UI Salemba Gedung IASTH Lt. 6, Universitas Indonesia
Jl. Salemba Raya 4, Jakarta 10430 Indonesia