Pada Jumat (10/01) di Auditorium Juwono Sudarsono FISIP UI, Azrin Rasuwin berhasil mempertahankan disertasi nya yang berjudul “Analisis Implementasi Kebijakan Penanggulangan Pemulihan Pasca Bencana Erupsi Sinabung” di hadapan para penguji sekaligus mendapatkan gelar doktor di bidang Ilmu Administrasi.
Disertasi ini di latar belakangi oleh bencana yang
melanda dunia merupakan peristiwa yang tidak terduga dan datangnya tiba-tiba
serta menimbulkan kerusakan dan kerugian yang cukup signifikan dan dapat
dikategorikan sebagai peristiwa alam.
Kejadian bencana mengakibatkan banyak negara menanggung
tingkat kematian akibat bencana yang paling buruk. Korban jiwa dari kejadian
bencana di Indonesia kurun waktu 2010-2017 mencapai 1.907 jiwa.
Penanganan pemulihan pasca bencana di Indonesia mengalami
sejumlah hambatan. Empat tahun setelah kejadian bencana erupsi Sinabung yang
terjadi pada 29 Agustus 2010 belum dimulai proses pemulihan pasca bencana.
Menurut dokumen Rencana Aksi Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Erupsi Sinabung tahun 2015, letusan pertama terjadi pada 29
Agustus 2010 dan kembali terjadi pada tahun 2013.
Proses implementasi pemulihan pasca bencana dapat dimulai
jika status tanggap darurat dicabut. Hal ini mengakibatkan proses pembuatan
Rencana Aksi pemulihan pasca bencana menjadi tertunda dan baru dapat
diselesaikan pada tahun 2015.
Belum terbentuknya Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kabupaten Karo juga menjadi salah satu sebab Pemerintah Daerah Kabupaten
Karo belum sepenuhnya dapat menangani penanggulangan bencana erupsi Sinabung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan pasca bencana erupsi
Sinabung dan menganalisis implementasinya menggunakan model implementasi
Grindle.
Hasil penelitian ini, implementasi kebijakan pasca
bencana mengalami keterlambatan disebabkan erupsi yang masih terjadi, relokasi
serta pendanaan dan mekanismenya. Problem implementasi tersebut disebabkan content kebijakan yang belum jelas dan terinci
mengenai dimulainya proses pemulihan dan juga isi kebijakan mengenai kebijakan
relokasi.
Pendekatan implementasi kebijakan kebijakan pemulihan
harus dilihat bukan sebagai peristiwa administratif regular saja namun melalui
pendekatan yang tidak biasa perlu pendekatan politis agar ada pengecualian isi
kebijakan dari beberapa regulasi yang sudah ada.
Analisis menggunakan konsep Grindle, faktor yang paling banyak
pengaruhnya dari aspek content of policy adalah variabel interest affected,
kepentingan yang berbeda dalam relokasi antara pihak korban bencana, pemerintah
dan masyarakat.
Letak pengambilan keputusan mengenai birokrasi kewenangan
pemerintah pusat dan daerah serta variabel resource commited berupa kecukupan
dana dan mekanismenya yang tidak dapat dipenuhi pemerintah daerah dan
pemerintah pusat.
Liliek Sofitri pada Kamis (19/12) di Auditorium Juwono Sudarsono FISIP UI, berhasil menyandang gelar Doktor Ilmu Administrasi, setelah berhasil mempertahankan hasil disertasinya yang berjudul “Rekonstruksi Kebijakan Pendanaan Perubahan Iklim di Indonesia” di hadapan para penguji.
Latar Belakang penelitian ini berdasarkan Indonesia yang
menghadapi risiko yang signifikan terhadap perubahan iklim, yang dampaknya
dapat dikurangi dengan partisipasi aktor negara dan aktor bukan negara baik
skala nasional, internasional, regional dan lokal. Upaya menangulangi perubahan
iklim membutuhkan sumber daya yang signifikan yang perlu dipersiapkan dengan
cermat.
Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengalisis
bagaimana aliran pendanaan iklim menggunakan pendekatan Social Network Analysis (SNA), mengapa kebijakan pendanaan iklim perlu
direkontruski dan bagaimana model desain kebijakan pendanaan iklim. Pradigma yang
digunakan adalah konstruktivisme dengan pendekatan multi metode.
Kebijakan pendanaan perubahan iklim adalah kebijakan
publik yang implementasinya sangat dipengaruhi oleh sistem administrasi publik,
yang antara satu negara dan lainnya memliki sejumlah perbedaan. Perbedaan dalam
administrasi publik tidak saja pada institusi tetapi juga pada sistem politik
yang mendasari pengambilan keputusan yang berlangsung di dalamnya.
Hasil penelitian menunjukan bahwa beban APBN sangat
tinggi mengacapai 92% hingga 2030 untuk membiayai kegiatan perubahan iklim, ada
urgensi untuk mendesak share
pendanaan dari negara maju, diperlukan layer pembagian peran dan tanggung
jawab. Fakta empiris menunjukan bahwa aliran dana iklim sejak 2007 hingga 2017
didominasi oleh sektor publik dan masih menjadi tantangan. Pendapatan pajak
mendominasi dan sebagai sumber pendanaan terbesar untuk membiayai kegiatan
mitigasi dan adaptasi iklim selama periode penelitian.
Penelitian ini memberikan rekomendasi bahwa harus ada
keseimbangan kebijakan pendanaan non fiskal, Shifting Burden dari APBN perlu dilakukan sehingga tidak membebani
APBN terutama dari sektor swasta dan secara berkelanjutan memperjuangkan kontribusi
pendanaan dari negara yang memberikan share kenaikan emisi tinggi. Kerangka kebijakan
pendanaan perubahan iklim meliputi mitigasi dan adaptasi serta kerangka kerja Allocative Efficiency untuk perubahan
iklim pada belanja publik.
Disertasi dari Dr. Audia Junita di latar belakangi oleh fungsinya perbankan umum di Indonesia dihadapkan pada tantangan yang kompleks dan dinamis dari waktu ke waktu baik bersumber dari eksternal maupun internal. Berbagai perubahan aturan dan kebijakan yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas manajemen, kinerja serta upaya mendapatkan kepercayaan masyarakat melalui kompetensi yang sehat.
Munculnya era ekonomi berbasis pengetahuan dan revolusi
industri tahap ke-4 yang mendesak perbankan untuk mampu mengelola dan
memanfaatkan pengetahuan dan mengubah model bisnisnya berbasis teknologi
digital untuk melengkapi pelayanan konvensional yang mengandalkan tatap muka
secara fisik dengan nasabah dalam memberikan pelayanan.
Berbagi tekanan internal maupun eksternal tersebut menjadi tantangan bagi industri perbankan untuk secara internal mampu mengidentifikasi strategi kompetitif yang tepat untuk meningkatkan kinerja sekaligus mendapatkan keunggulan kompetitif berkelanjutan. Strategi ekspansi masih menjadi pilihan strategi yang cukup efektif bagi bank umum di Indonesia untuk bersaing memperluas pangsa pasar di industri perbankan.
Dengan judul disertasi “Dinamika Sistem Sumber Daya Manusia Stratejik di Kantor Cabang PT Bank Rakyat Indonesia Kantor Wilayah Medan” fokus penelitian ini pada perspektif pengelolaan sumber daya manusia stratejik di kantor cabang bank, khususnya PT BRI kantor wilayah Medan. Perbankan sebagai organisasi bisnis yang memberikan jasa keuangan bertopang pada aset manusia dalam menjalankan kegiatan oprasional dengan karakteristik modal sosial dan pengetahuan yang dimilikinya.
Untuk itu dibutuhkan sistem pengelolaan human capital yang tepat dan bernilai
stratejik yang selama ini terbatas dilakukan dengan pendekatan linier. Karenanya
tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dinamika interaksi sistem
sumber daya manusia stratejik di kantor cabang PT BRI kantor wilayah Medan,
menemukan faktor leverage serta
usulan alternatif strategi yang dapat membuat sistem bekerja lebih optimal.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa subsistem dalam
sistem sumber daya manusia stratejik di kantor cabang PT BRI kantor wilayah
Medan yang terdiri dari strategi organisasi, sistem sumber daya manusia
berorientasi komitmen, perilaku peran dan kinerja organisasi berinteraksi
secara kompleks, dinamis dan non linear dengan pola perilaku penguatan yaitu
sistem umpan balik positif.
Sistem sumber daya manusia berorientasi komitmen merupakan leverage dalam sistem sumber daya manusia stratejik di kantor cabang PT BRI kantor wilayah Medan.Upaya memperbarui sistem sumber daya manusia berorientasi komitmen secara berkelanjutan dan meningkatkan kinerja organisasi merupakan alternatif strategi yang mampu membuat sistem sumber daya manusia stratejik di kantor cabang PT BRI kantor wilayah Medan bekerja lebih optimal.
Rabu (11/12) di Auditorium Juwono Sudarsono, Sri Wahyu Wijayanti berhasil menyandang gelar doktor Ilmu Administrasi, setelah berhasil mempertahankan hasil disertasinya yang berjudul “Analisis Implementasi Kebijakan Afirmatif Bagi Penyandang Disabilitas Dalam Bidang Ketenagakerjaan di Provinsi DKI Jakarta” di hadapan para penguji.
Latar Belakang penelitian ini berdasarkan hak penyandang
disabilitas, memberikan implikasi kewajiban bagi negara untuk memenuhinya. Berbagai
peraturan telah dikeluarkan oleh pemerintahan dalam rangka melindungi dan
menjamin kesejahteraan penyandang disabilitas maupun peraturan
perundang-undangan yang mengatur perlakuan khusus penyandang disabilitas.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan implementasi
kebijakan afirmatif bagi penyandang disabilitas dalam bidang ketenagakerjaan di
Provinsi DKI Jakarta, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi
kebijakan tersebut, serta merumuskan strategi implementasi afirmatif bagi
penyandang disabilitas dalam bidang ketenagakerjaan yang efektif di Indonesia.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa implementasi
kebijakan afirmatif bagi penyandang disabilitas dalam bidang ketenagakerjaan di
Provinsi DKI Jakarta tidak berjalan efektif. Belum ada satupun BUMN dan BUMD
serta perusahaan swasta di Provinsi DKI Jakarta yang memperkerjakan penyandang
disabilitas sebesar ketentuan kuota yang ditetapkan peraturan undang-undang.
Demikian pula tidak pernah diterapkan hukuman pidana bagi
pelanggar sistem kuota tersebut. Kondisi ini dapat dijelaskan melalui sejumlah
faktor sebagaimana diklasifikasikan oleh Grindle dalam content dan context. Dari
sisi konten, antara lain dikarenakan kebijakan tersebut di nilai perusahaan
tidak memberikan keuntungan bagi mereka.
Selain itu, faktor-faktor bahwa dukungan sumber daya
untuk implementasi kebijakan afirmatif ini juga sangat kecil. Sementara itu, dari
sisi konteks terlihat bahwa implementasi kebijakan afirmatif ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain kurangnya sosialisasi kebijakan dan lemahnya
koordinasi para pelaksana kebijakan.
Namun demikian, faktor kedudukan pengambilan keputusan Grindle
dipandang penting dalam keberhasilan implementasi kebijakan, ternyata tidak
memiliki pengaruh dalam implementasi kebijakan afirmatif bagi penyandang
disabilitas ini. Temuan penelitian ini juga mengungkapkan adanya jumlah faktor
penting lain yang berpengaruh terhadap implementasi kebijakan, akan tetapi
tidak masuk dalam konsep Grindle. Faktor-faktor dimaksud meliputi faktor
budaya, basis, data penegak hukum dan kepatuhan masyarakat terhadap hukum.
Hubungi Kami
Kampus UI Depok Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia
Jl. Prof. Dr. Selo Soemardjan, Depok, Jawa Barat 16424 Indonesia
E-mail: fisip@ui.ac.id
Tel.: (+62-21) 7270 006
Fax.: (+62-21) 7872 820
Kampus UI Salemba Gedung IASTH Lt. 6, Universitas Indonesia
Jl. Salemba Raya 4, Jakarta 10430 Indonesia