Pilih Laman
Tantangan dan Inovasi Pemerintah Daerah dalam Penanganan Pandemi Covid-19

Tantangan dan Inovasi Pemerintah Daerah dalam Penanganan Pandemi Covid-19

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia mengadakan webinar secara daring pada hari Rabu (5/8) dengan tema Pemikiran FISIP UI Tentang Masyarakat di Era Kenormalan Baru, mewujudkan masyarakat yang terus aktif, produktif dan tetap sehat di era kenormalan baru dengan perspektif ilmu-ilmu sosial: belajar dari pengalaman penanggulangan pandemi Covid-19. “Tantangan dan Inovasi Pemerintah Daerah dalam Penanganan Pandemi Covid-19”, menjadi judul pada webinar FISIP UI seri kedua ini. Sebagai narasumber H. Ganjar Pranowo, S.H., M.IP (Gubernur Jawa Tengah) dan Bima Arya Sugiarto, Ph.D (Walikota Bogor). Sebagai moderator  Dr. Syahrul Hidayat (Dosen Departemen Ilmu Politik FISIP UI).

Pandemi COVID-19 tidak hanya membutuhkan solusi dari bidang kesehatan dan ekonomi tapi juga respon dengan pendekatan sosial budaya karena makin meluasnya penyebaran virus tersebut dan sulitnya mengatasi pandemi ini lebih merupakan masalah sosial budaya dari pada masalah kesehatan. Masalah-masalah sosial ini banyak muncul dalam aspek pemerintahan di Indonesia. Pemerintah daerah dituntut untuk mengambil kebijakan yang bersifat cepat dan tepat dalam masa pandemi ini. Pemerintah daerah perlu terus menerus mengawal dan mencermati kebijakan penanganan COVID-19 dan menyesuaikan kebijakannya terhadap tantangan-tantangan baru.

Pemerintah daerah memainkan peran signifikan dalam memutuskan kebijakan yang paling tepat bagi daerahnya. Mereka dituntut untuk mengenali secara cermat lansekap masalah, memutuskan secara cepat kebijakan yang relevan, serta memastikan kebijakannya bekerja secara efektif. Pendek kata, pemerintah daerah perlu terus menerus mengawal dan mencermati kebijakan penanganan COVID-19. Perbaikan-perbaikan kebijakan senantiasa dituntut setiap saat untuk menyesuaikan atas tantangan-tantangan baru yang hadir dalam proses. Untuk itu, webinar ini hadir untuk mendiskusikan tantangan dan inovasi pemerintah daerah dalam penanganan COVID 19.

“Tantangan sektor kesehatan, tren Covid-19 fluktuatif nya akan tinggi, adanya klaster-klaster Covid-19 seperti rumah sakit, perkantoran, pasar, perusahaan dan lain-lain, fasilitas kesehatan di rumah sakit rujukan, laboratorium serta ketersedian SDM tenagah kesehatan. Maka dari itu di Jawa Tengah, dibantu kegiatan Mobile Combat PCR Covid-19 yang diperuntukan mencegah kasus baru dan penularan Covid-19, meningkatkan kesembuhan pasien serta mengurangi kematian pasien. Prioritas dan arah kebijakan pembangunan tahun 2021, yaitu peningkatan pertumbuhan dan ketahanan ekonomi serta keberlanjutan lingkungan hidup, peningkatan percepatan pengurangan kemiskinan dan penganguran, penguatan ketahanan bencana, pemantapan tata kelola pemerintahan serta ketahanan fiskal daerah,” jelas Ganjar.

Ganjar menjelaskan, adanya kebijakan adaptasi kebiasaan baru seperti protokol kesehatan di transportasi publik, pasar atau kawasan pedagang kaki lima, restoran, sekolah dan sektor lainnya. Jawa Tengah sudah membuat aplikasi yang bernama Sakpole untuk pembayaran wajib pajak secara daring, internet gratis di beberapa masjid untuk belajar daring, ia juga menceritakan Instagram pribadinya dipakai untuk membantu para penjual mempromosikan produknya melalui “Lapak Ganjar” setiap hari minggu. Di tengah tantangan pandemi ini masyarakat dipaksa untuk kreatif harus mampu dan terbiasa oleh teknologi informasi, hidup lebih disiplin dengan protocol kesehatan dan tenty saja menyederhanakan gaya hidup dengan efisien.

“Di kota Bogor setelah PSBB diberlakukan, tren Covid-19 semakin meningkat tetapi kekhawatiran akan pandemi Covid-19 ini menurun sesuai dengan data yang ada. Selain itu pengangguran meningkat pada masa pandemi di kota Bogor, total ada 12.658 warga kota bogor yang di PHK atau dirumahkan. Angka perceraian di kota Bogor juga meningkat, pada bulan Juni ada 90 laporan perkara perceraian yang masuk ke pengadilan agama negeri Bogor, mayoritas gugatan terjadi karena faktor ekonomi. Bogor juga sudah memiliki inovasi sistem informasi yaitu peta digital Covid-19 di situs covid19.kotabogor.go.id, menurut saya ini penting karena informasi harus transparan dan clear, masyarakat Bogor bisa mengakses informasi di situs tersebut,” ujar Bima.

Bima menambahkan, di Bogor juga mempunyai sistem yaitu Detektif Covid (Deteksi Aktif Covid) adalah suatu sistem yang membantu untuk tracing. Terdiri dari 1.167 orang yang dibagi menjadi dua tim, tim pelacak dan tim pemantau. Tim pelacak dibentuk di tingkat kecamatan dan kelurahan untuk melakukan pelacakan kontak kasus positif dalam waktu 2×24 jam. Setelah tim lacak beraksi diserahkan kepada tim pantau untuk memonitor orang-orang ODP untuk tetap tinggal dirumah tidak boleh kemana-mana selama dua minggu. Selain itu inovasi sistem informasi lainnya adalah aplikasi program Salur (Solidaritas untuk Rakyat) di situs salur.kotabogor.go.id semua warga Bogor bisa masuk ke situs ini dengan memasukan NIK untuk melihat apakah dirinya terdaftar di skema bantuan atau tidak. Jika tidak terdaftar warga bisa langsung mendaftar melalui Salur ini.

Pandemi Covid-19 juga sangat berdampak pada sektor ekonomi. Kota Bogor mempunyai kebijakan pemulihan ekonomi melalui tax relief berupa relaksasi pembayaran untuk pajak hotel, restoran, hiburan dan parker. Tax incentive berupa pengurangan dan penghapusan denda PBB. Tujuannya untuk memberikan stimulus dan insentif bagi masyarakat dan mempertahankan kesinambungan kas daerah.

Kriminolog Bicara: New Normal

Kriminolog Bicara: New Normal

Departemen Kriminologi FISIP UI mengadakann diskusi daring “Kriminolog Bicara – Seri 6” dengan tajuk “New Normal: Apakah Juga New Crime, New Criminal, New Victim?” yang akan dilaksanakan pada Jumat (5/6).  Sebagai pembicara dalam diskusi kali ini, antara lain: Dr. Anggi Aulina Harahap, Dipl. Soz., M.Si. (Dosen Departemen Kriminologi FISIP UI), Dr. Supardi Hamid, M.Si. (Dosen Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian dan Alumnus S1-S3 Kriminologi FISIP UI), dan Dr. Bagus Takwin, S.Psi., M.Hum (Dosen Fakultas Psikologi UI) Diskusi ini akan dilakukan secara daring melalui aplikasi Zoom.

Bagus menjelaskan, “Ada tiga pengertian normal, yang pertama  normal statistik yang di lakukan/ditampilkan kebanyakan orang yang umumnya terjadi, penyimpangan sangat kecil dari rata-rata. Yang kedua, normal ideal/aspirasional apa yang dianggap baik, ideal dan diharapkan terjadi. Yang ketiga normal fungsional yang adaptif, berfungsi dan menyelesaikan masalah.”

Normal baru sebagai cara adaptasi baru masyarakat mengembangkan dan menghasilkan fungsi-fungsi baru agar tetap berjalan adaptif. Normal baru bisa berupa peraturan, teknik, prosedur dan protokol baru. Bisa efektif atau tidak efektif dan bisa dipersepsi berbeda oleh pihak-pihak yang berbeda.

Perubahan pola tingkah laku dan dampak Normal baru menghasilkan tingkah laku baru seiring perubahan norma. Dampak positifnya, penemuan cara dan solusi baru, perbaikan dan peningkatan kualitas. Dampak negatifnya, kerugian karena biaya besar penyesuaian, penyimpangan dan potensi kejahatan. Kejahatan adalah masalah sosial yang normal karena merupakan bagian dari semua masyarakat. Kejahatan memberikan kontribusi penting bagi pengoperasian sistem sosial: memunculkan norma.

Kejahatan baru merupakan bentuk dari cara adaptasi orang atau kelompok tertentu yang menilai situasi normal baru tidak berfungsi dalam pencapaian tujuan mereka. Kejahatan baru makin besar kemungkinan terjadi jika ada perubahan sosial, termasuk perubahan norma. Di masa-masa yang tidak pasti ada celah yang lebih besar untuk kejahatan baru.

“Berkurangnya intensitas di ruang publik dan adanya social distancing akan membalik hiperrealitas sebagai pengaruh dunia virtual. Realitas justru akan dibawa pada dunia virtual sebagai ajang pengganti dunia sosial nyata, sehingga real virtuality menguat. Hal ini berlaku juga pada realitas kejahatan di dunia nyata yang akan banyak  bergerak dan berpindah ke dunia maya sebagai bagian dari real virtuality. Fenomena belanja online merupakan salah satu realitas di dunia virtual yang sarat dengan potensi kejahatan,” jelas Supardi.

Webinar BKI Academy berkolaborasi bersama FISIP UI dan Universitas Pertahanan Indonesia

Webinar BKI Academy berkolaborasi bersama FISIP UI dan Universitas Pertahanan Indonesia

BKI Academy berkolaborasi bersama FISIP UI dan Universitas Pertahanan Indonesia mengadakan kegiatan Webinar SSM (Soft System Methodology)  Series Season 1 Part 3 dengan topik “Aplikasi SSM-Based AR (Action Research) pada Riset Jurnal Kemaritiman/Militer dalam Penulisan Buku dan Jurnal” pada Jumat (5/6) Juni 2020.

Kegiatan diskusi ini menghadirkan narasumber, (1) Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio, S.I.P., M.M. Guru Besar Universitas Pertahanan Indonesia (UNHAN), (2) Laksamana Madya TNI Dr. Amarulla Octavian, S.T., M.Sc., DESD. Rektor Universitas Pertahanan Indonesia (UNHAN), (3) Prof Dr Sudarsono Hardjosoekarto Guru Besar FISIP Universitas Indonesia, (4) Laksamana Madya TNI (Purn) Achmad Taufiqoerrochman M., SE. Kepala Bakamla 2018-2020, (5) Dr. Ir. Rudiyanto Dip., ISM, MIIRSM. MM. MBA. Dosen Universitas Pertahanan Indonesia (UNHAN), (6) Laksamana Muda TNI (Purn) Dr. Sulistiyanto, S.E., M.M., M.Sc., PSC Dosen Universitas Pertahananan Indonesia, (7) Dr. Rachma Fitriati, M.Si., M.Si (Han) Dosen dan Peneliti Pascasarjana FIA Universitas Indonesia

Webinar ini kerjasama oleh BKI Academy dengan berbagai instansi, kali ini berkolaborasi dengan FISIP UI, yang membahas aplikasi SSM yang berfokus pada kemaritiman dan militer. Membahas bagaimana pendekatan-pendekatan dalam penulisan jurnal defense and military studies.

Soft System Methodology (SSM) adalah metode sistematis menggunakan pendekatan terstruktur untuk memahami suatu masalah, membangun model konseptual, mendapatkan kelayakan dan perubahan yang di inginkan serta mengimplementasikannya.

Teknik analisis menggunakan SSM di dahului dengan teknik  pengolahan data menggunakan program aplikasi NVivo. NVivo bermanfaat untuk membantu riset kualitatif secara  efisien, membantu konsumsi logika dan desain penelitian, serta memberikan fasilitas untuk menganalisis konten.

“Ada kombinasi atau kolaborasi antara hard system approach dengan soft system approach. Begitu juga ada kombinasi SSM dengan yang lain termasuk hard system. SSM dapat di aplikasikan dimana saja baik teoritis maupun problem sloving, khusus saat ini kita menampilkan aplikasi SSM di riset kemaritiman dan militer,” jelas Prof. Sudarsono.

Marsetio menambahkan “SSM merupakan metodologi penelitian yang tujuannya untuk menyelesaikan  masalah masalah yg sifatnya kompleks-pluralist dimana unsur  kualitatif dan ketidakpastian cukup dominan. SSM terdiri dari 7 tahap. Sedangkan AR merupakan metodologi penelitian yg berfokus langsung pada tindakan sosial dan kebanyakan bersifat kualitatif. Didasarkan pada tindakan masyarakat yg seringkali diselenggarakan pada  bidang yg luas seperti sekolah, rumah sakit, kesatuan dll.”