Pilih Laman

Tragedi yang menimpa Yuyun meninggalkan duka. Di hari ke-40 meninggalnya Yuyun, Ikatan Alumni Universitas Indonesia mengadakan malam mengenang Yuyun dalam tajuk ‘40 Puisi Malam untuk Adinda’. Acara yang diadakan di Teater Kolam, Kampus FISIP UI Depok, pada Rabu (11/5/2016), itu berisi penampilan musik serta pembacaan puisi yang khusus didedikasikan kepada gadis berusia 14 tahun itu.

Sekitar dua puluh anak Sanggar Anak Harapan dari Tanah Merah, Tanjung Priok tampil sebagai pembuka dengan menyanyi dan menari. Sanggar Anak Harapan adalah komunitas seni yang mewadahi anak-anak jalanan untuk dapat berkarya. Sebagian dari mereka adalah pengamen jalanan, baik yang masih aktif maupun sudah berhenti. Malam itu mereka membawakan beberapa lagu, di antaranya adalah Bergerak, Lelaki Cemen, Suara Hati, serta Pancasila.

Puisi adalah cara yang dipilih Iluni UI untuk mengenang sosok Yuyun. Niniek L. Karim, peraih Piala Citra atas perannya dalam film Ibunda, tampil dan membawakan dua buah puisi dari Sapardi Djoko Damono. Dia membawakan puisi berjudul Di Tangan Anak-anak dan Yang Fana adalah Waktu.

Ketua Iluni UI, Chandra Motik Yusuf, turut hadir mendeklamasikan puisinya. Dalam puisi yang ia ciptakan sendiri, ia menyoroti sosok Yuyun yang menjadi korban atas ganasnya predator anak yang masih berkeliaran di sekitar kita. Selain Chandra Motik, tampil pula artis Marcella Zalianty dan rohaniawan Romo Benny membawakan puisi masing-masing.

Malam itu, dua mahasiswa FISIP juga turut menyumbang pembacaan puisi yaitu Kalmi Rama dan Rahmad Effendi. Kalmi Rama, mahasiswa Kriminologi 2013, membawakan puisi milik dirinya sendiri berjudul Kebangkitan Kegelapan. Sedangkan, Rahmad Effendi membawakan puisi ciptaan Sutardji Calzoum Bahri berjudul Bayangkan. Puisi yang menggambarkan tentang kehidupan anak-anak itu dibawakan dengan baik oleh Rahmad. Rahmad sendiri merupakan juara 2 deklamasi puisi pada UI Art War 2016.

Selain pembacaan puisi, acara ini juga mengundang empat seniman anak-anak untuk membuat lukisan. Lukisan yang mereka buat menggambarkan bagaimana perempuan di masa sekarang. Hasil lukisan tersebut kemudian dilelang di akhir acara yang uangnya akan diberikan kepada keluarga Yuyun.

Rudy Sumarwono, Ketua Panitia acara ini, mengatakan bahwa sebagai acara ini adalah sebagai bentuk Tri Dharma Perguruan Tinggi. “Sudah waktunya kita kembali berkhidmat untuk merenungkan peristiwa kemanusian yang begitu mengerikan di negeri kita tercinta,” kata Ketua Panitia Rudy Sumarwono, seperti dikutip dari jpnn.com.